Mohon tunggu...
Putri Khalestia
Putri Khalestia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Terbuka | Dewasa muda yang punya hobi menulis.

Menebar kebaikan dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menghadapi Body Shaming Melalui Pandangan Stoisisme

7 Februari 2022   19:10 Diperbarui: 8 Februari 2022   06:08 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: luckty.wordpress.com

Kendati demikian, fenomena body shaming kerap kali dianggap remeh oleh sebagian orang. Entah itu karena suatu hal yang memang tanpa sadar dilakukan orang tersebut (lost control) atau motifnya yang seringkali dibalut oleh kata 'bercanda'. Padahal, jika kita lihat dampak dari fenomena ini, bisa jauh lebih besar dari apa kita kira terutama dampak psikologis.

Respons terhadap body shaming pada setiap orang tentu berbeda-beda. Ada yang merasa kesal tapi tidak bisa diungkapkan dan akhirnya cuman bisa ngedumel dalam hati (membatin), meluapkan emosinya lantas marah-marah berujung baku hantam, atau memilih diam dan bersikap biasa aja (ah ya sudahlah). Dan semua itu adalah pilihan.

Bicara tentang fenomena dan respons dalam menyikapi body shaming, saya juga memiliki pengalaman pribadi terkait dengan hal itu. 

Setelah sekian lama selalu memilih diam tetapi sambil ngedumel dalam hati, seperti bertanya, "Kenapa saya..? Kenapa..? dan Kenapa...?".

Sampai ada satu titik di mana akhirnya lebih memilih untuk tidak terlalu peduli dengan apa yang dibicarakan orang lain terkait dengan bentuk fisik, begitupun jika memang ada yang perlu dijawab, saya bisa menyikapinya dengan jauh lebih tenang.

Dan semua itu saya dapatkan setelah membaca buku "Filosofi Teras" karya Henry Manampiring. 

Buku tersebut mengulas tentang salah satu aliran filsafat Yunani-Kuno yang sudah berusia lebih dari 2000 tahun, yaitu Stoisisme. 

Alasan mengapa menggunakan Stoisisme untuk menghadapi body shaming karena tujuan dari filsafat ini adalah agar kita bisa hidup berdampingan dengan emosi negatif yang terkendali, hidup dengan kebajikan (virtue/arete), dan bagaimana kita hidup sebaik-baiknya seperti seharusnya kita menjadi manusia.

Stoisisme bukanlah agama kepercayaan, tetapi ia bisa melengkapi cara bepikir (paradigma) untuk menjalani hidup. 

Poin penting dari filsafat Stoisisme adalah pandangannya terhadap semua hal yang terjadi dalam kehidupan kita. 

Stoisisme memandang bahwa semua peristiwa yang terjadi pada dasarnya bersifat netral, tidak baik, dan tidak buruk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun