“Tapi kan tetap, kita harus mengutamakan Tuhan, “ ujar Arjento.
“Apa kami mengabaikan Tuhan, “ sahut saya. “Nah, kadang seperti itulah orang beragama, selalu absurd cara berpikirnya terhadap orang lain. Apalagi sangat mengerikan, ketika beda keimanan saling mencurigai. Bisa payah republik ini hanya menata orang beragama saja, jelas-jelas tidak mempedulikan umatnya, “ saya sedikit mengomel. Â
“Ya tapi saya boleh menjelaskan maksud kami, “ ucap Hendri.
“Silakan…, “ saya menyahut lebih cepat.
“Bapak agamanya apa, “ tanya Hendri.
“Wah, ini salah besar kalau tanya agama, “ sahut saya. “ Bukankah urusan agama itu saya pribadi dengan Tuhan, “
“Tidak begitu pak…, “
“Ah tidak…tidak aja. Sekali bilang  ya…begitulah pak, “ sedikit saya menekan suara tentu dengan senyum yang disambut mereka.
Lalu saya membiarkan mereka menjelaskan. Menurutnya, Saksi Yehuwa, ada di Indonesia sejak dulu kala. Mereka tidak menyebutkan, sejak dulu kala itu kapan. Tetapi mereka langsung menyebutkan, bahwa Saksi Yehuwa, telah menuai pelarangan dari pemerintah tahun 1976 melalui keputusan jaksa agung.
Saya masih tetap mendengarkan dengan yang mereka sampaikan. Saksi Yehuwa, katanya, sudah diakui 240 negara di dunia. Saya menghentikan penyampaian mereka: dari saya menyimak, rupanya para pengikut Saksi Yehuwa, juga berkeinginan mempunyai pemimpin dunia. “Kelompok Martin Luther yang selama ini dibuang gereja. Ingin membangun internasionalis mirip Katholik atau cita-cita khilafiyah seperti sebagian umat Muslim, “
“Tidak…, “ sahutnya bareng.