Mohon tunggu...
Jocelyn Allison
Jocelyn Allison Mohon Tunggu... Jurnalis - sebagai pelajar

saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Tinggalkan Aku Sahabat

21 Oktober 2019   20:00 Diperbarui: 21 Oktober 2019   20:01 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

5 tahun yang lalu...

"Sahabat untuk selama-lamanya!", ucap Liana dan Ria.

Hi, namaku Aliana, biasanya aku dipanggil Liana. Aku menduduki kelas SMA 1. Aku berumur 15 tahun.

"Ci, aku mau main!", teriak adikku, Vincent.

Adikku, Vincent berumur 10 tahun dan menduduki kelas 5 SD.

"Tunggu sebentar ya!", balasku.

Hari ini aku baru saja pindah rumah di kota GaTa. Dulunya, aku tinggal di kota DreyKo. Pindah ke kota GaTa, merupakan hal yang baru bagiku. Nama GaTa juga terdengar cukup asing untukku. Pindah ke sini merupakan hal yang cukup menyenangkan dan juga cukup menyedihkan. Hal yang meyenangkan yaitu, aku bisa meninggalkan semua musuhku dan hal yang cukup menyedihkan yaitu aku harus meninggalkan sahabatku disana.

Matahari mulai terbenam, langit mulai gelap. Tidak terasa juga hari sudah mulai malam. Aku masih belum selesai memindahkan barangku ke kamarku. Besok, aku dan Vincent akan berangkat ke sekolah baruku.

Keesokan harinya...

Titt...titt..titt.tit...

Alarmku membangunkanku dari mimpiku yang indah. Segeralah aku bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk bersiap-siap ke sekolah.

"Sarapan sudah siap!", panggil ibu pada aku dan Vincent.

"Bentar", sahut Vincent.

Akupun segera menuju ke meja makan. Sudah ada nasi goreng dengan telur dan udang yang sudah menungguku. Aku segera menyantapnya dengan lahap selagi menunggu Vincent.

"Makananku mana?", tanya Vincent pada ibu.

"Waktunya terlalu sempit untukmu sarapan dirumah. Sudah ibu bawakan di kotak bekal ya." kata ibu.

            Ayah sudah menunggu cukup lama untuk kami bersiap. Kami akan diantar ke sekolah dan ayah akan bekerja.

"Berangkat dulu bu!", pamit kami serempak.

            Sesampainya di sekolah, "Terima kasih ayah", kataku. Gedung sekolah disini sangat besar dan luas. Dalam benakku 'aku takut tersesat'. Tiba-tiba ada yang mengahampiriku, "Hi. Kamu pasti baru ya disini, perkenalkan namaku Lilith, panggil aku Lili.", sapanya dengan ramah

"Oh, iya aku baru disini. Senang bertemu denganmu, namaku Aliana, panggil aku Liana", jawabku.

Kami berdua memasuki gedung sekolah bersama. Lili menunjukkanku ruang kepala sekolah dan sesampainya di depan pintu...

Triiingggg....triiinnggg....

Bel masukpun berbunyi, dan Lili meninggalkanku.

Setelah mendapat jadwal, aku segera menuju kelasku.

"Baiklah semuanya tenang, kita kedatangan murid baru pindahan dari kota DreyKo.", kata pak guru.

"Perkenalkan namaku Aliana, kalian bisa memanggilku Liana. Semoga kita semua bisa berteman!", sapaku.

"Baiklah. Liana kamu bisa duduk di kursi kosong sebelah Kirana", kata pak guru.

Kemudian, pak guru mulai melanjutkan pelajaran. "Hai, salam kenal. Namaku Kirana, panggil aku Ran", sapanya padaku. Dan ia memberitahuku bahwa pak guru yang mengajar namanya Pak Budi.

Triiiinngg....triinnggg...

Bel istirahat akhirnya berbunyi.

Lili dari kelas sebelah segera menghampiriku dan mengajakku untuk makan siang.

"Eh, aku boleh ngajak si Ran gak?"tanyaku pada Lili.

"Oke! Santai aja", jawabnya.

Kami akhirnya bersama makan bersama di kantin dan memakan bekal yang kami bawa masing-masing dari rumah.

"Di kelasku ternyata ada anak baru juga. Tapi, keliatannya orangnya judes banget."kata Lili.

"Ehm...namanya siapa?" tanya Ran.

"Kalo tidak salah sih dia dipanggil Ria", jawab Lili.

'Apakah Ria sahabatku dulu?'pikir Liana.

Mereka akhirnya memutuskan untuk berkenalan dengan anak baru yang berada di kelas Lili. Setelah sampai di kelasnya....

'ternyata benar, Ria sahabatku dulu!' teriak Liana di hati.

Mereka segera menghampirinya, tapi reaksi yang diberikan Ria sangatlah mengejutkan. Ia bahkan berpura-pura tidak mengenal Liana. Seketika, hati Liana pun hancur, karena merasa dikhianati sahabat baiknya dulu. 'apa jangan-jangan dia lupa sama aku ?' hatinya bertanya-tanya.

"Hai. Kamu namanya Ria ya? Masih ingat aku tidak? Namaku Liana, aku dulu dari kota DreyKo", sapa Liana.

"....oh, oke.", jawab Ria.

Tanpa disadari air mata Liana mengalir di pipinya. Dengan segera ia menuju toilet, diikuti Lili dan juga Ran.

Hiks..hiks..

Tangisnya di toilet. Ia merasa bahwa sahabatnya benar-benar melupakannya.

"Kamu kenapa Liana? Tiba-tiba menangis?", tanya Ran.

Setelah tenang beberapa saat, ia segera menceritakan semuanya. Merekapun terkejut akan hal tesebut. Tidak ada yang menyangka bahwa mereka itu pernah berteman, karena reaksi yang diberikan Ria menunjukan bahwa ia belum pernah bertemu Liana.

"Sudahlah. Waktu itu sudah berlalu, kamu harus isa move on.", kata Lili.

Ting...Ting...Ting...

Bel masuk berbunyi. Mereka segera menuju kelas. Tapi Liana masih tidak bisa menerima kejadian itu.

***

Trrrrreeeennnggggg......

Bel pulang sekolah berbunyi

"Sampai jumpa besok teman-teman", mereka saling berpamitan.

Sampainya di rumah ia dikejutkan dengan tamu yang datang. RIA. Ya, dia tamu yang datang ke rumahnya bersama orangtuanya.

"Eh, Liana sudah pulang sudah lama ya kita tidak berjumpa!", sapa Tante Kety.

"Iya tante. Tidak terasa ya waktu sudah berlalu."jawabnya.

Liana segera menuju kamarnya dan menangis. Ria, bahkan tidak menyapanya sama sekali. Ia malah sibuk bermain hpnya. Setelah hari itu, nilai Liana disekolah turun dan nafsu makannya berkuarang.

Setiap hari, setiap ia sendri, ia di-bully Ria dan temannya.'apa yang pernah kulakuakan padamu?'teriak Liana dalam hatinya.

***

2 bulan ia memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Mama dan papa juga membrinya waktu dan ijin untuknya tidak masuk sekolah.

"Kamu tidak makan? Ini sudah jam 9, mama buat makanan kesukaanmu", kata mama.

"Aku lagi tidak penegen makan ma", jawab Liana.

Ran dan Lili setiap pulang sekoalh mengunjunginya untuk memberinya semangat untuk kembali masuk sekolah. Tapi, tidak ada yang berhasil. Ia merasa bahwa hatinya remuk dan ia berharap tidak pernah bertemu Ria.

Hari berganti hari, waktu yang dimiliki Liana untuk dirumah tingall 1 hari lagi.

"Besok kamu sekolah ya Liana", papa mengingatkannya.

"..." tapi tidak ia jawab.

Keluarganya sangat khawatir padanya. Ia pun memutuskan untuk mengunjunginya.

"Ya ampun Liana!!!", teriak mama.

"Ada apa?", tanya papa sambal menuju kamarnya.

Ternyata selama ini, ia di kamar makanannya tidak ada yang dimakan dan ia menyakiti dirinya sendiri. Segeralah ia dibawa kerumah sakit. Semua temannya yang mendengar kabar tersebut segera mengunjunginya.

"Dok, dia masih bisa selamatkan?!"tanya mama.

"....maaf bu, tetapi ia kekurangan darah dan tidak ada gizi yang masuk kedalam tubuhnya. Maaf atas kehilangannya."kata dokter.

Setelah Ria mendengar kabar tersebut ia segera ke rumah sakit.

"Ma, pa cepetan aku tidak ingin kehilangan sahabatku!!" kata Ria.

Sesampainya di rumah sakit ia sudah terlambat. Sahabatnya sudah pergi 1 menit yang lau. Ia menangis dan menyesal atas segala perbuatannya itu.

"Ria, ini Liana meninggalkan surat disebelah tempat tidurnya untuk kamu", kata mamanya Liana.

"Terima kasih tante", jawabnya

{ Hi Ria.... Semoga kamu bisa membaca surat ini. Aku minta maaf kalo aku pernah membuat kesalahan sampai kamu membullyku. Aku masih berharap kita sahabat sama seperti dulu. Tidak kusangka kamu tambah cantik dan tinggi ya. Kuharap kamu tidak melakukan hal tersebut pada orang lain.

Dari sahabatmu, Liana}

"Aku minta maaf Liana, Hiks," air mata membahasi Ria.

"Aku berjanji akan bersikap lebih baik" katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun