Tanpa pikir panjang, Arman melompat duluan. Cipratan airnya seperti meteor jatuh.
“Woi! Dalam banget! Tolong!” teriak Arman dari dalam air sambil mengayuh kakinya panik.
Bagas dan Dika saling berpandangan. Tapi karena mereka sudah di atas pagar dan tak mungkin balik lagi, mereka akhirnya melompat juga. Dan, tentu saja, mereka semua tenggelam beberapa detik sebelum berhasil mengapung dengan susah payah.
“Airnya bau lumpur! Kayak comberan!” keluh Bagas sambil mengibas-ngibas air dari wajahnya.
“Ini sungai apa rawa, sih? Gue kena lintah!” teriak Dika sambil panik mencoba mencopot sesuatu dari kakinya.
Setelah berenang setengah mati melawan arus, mereka akhirnya berhasil meraih tepi sungai yang penuh lumpur dan tanaman liar. Mereka basah kuyup, bau, dan penuh gigitan serangga aneh.
Saat mereka sedang menyeka diri dengan daun seadanya, tiba-tiba suara satpam sekolah terdengar dari kejauhan. “Eh, kalian! Ngapain di sana? Balik ke sini sekarang!”
Satpam itu muncul di atas pagar dengan tatapan penuh amarah sambil memegang megafon. Rupanya, pagar itu dilengkapi kamera CCTV, dan aksi heroik mereka sudah dipantau dari awal.
“Ya ampun, Bang Satpam, kami cuma mau cari udara segar,” jawab Bagas sambil memohon ampun.
“Udara segar apanya? Cepat balik ke sekolah sebelum saya laporkan ke kepala sekolah!”
Dengan rasa malu yang tak terkira, trio itu harus memutar jalan melewati pemukiman warga, basah kuyup, sambil menahan tatapan heran orang-orang.