Di sebuah SMA yang terkenal dengan pagar tingginya, tiga anak kelas sebelas yang hobi mencari petualangan konyol memutuskan untuk bolos. Mereka adalah Bagas, Dika, dan Arman – trio yang sering disebut "Tim Nyeleneh" oleh teman-teman sekelasnya.
“Bro, pelajaran Sejarah hari ini pasti bikin ngantuk,” kata Bagas sambil melirik ke arah jam dinding di kelas. “Mending kita kabur aja. Gue tahu jalan rahasia ke belakang sekolah.”
Dika dan Arman langsung antusias. “Gas, gue bawa tali tambang di tas. Siapa tahu berguna buat manjat pagar,” ujar Dika penuh semangat.
Mereka menunggu bel istirahat berbunyi. Begitu guru keluar dari kelas, mereka mengendap-endap menuju pagar belakang sekolah. Pagar itu tinggi, berkarat, dan dipenuhi sulur-sulur tanaman liar. Tapi bagi Tim Nyeleneh, itu tantangan kecil.
“Arman, lu naik duluan. Lu yang paling jago manjat kan?” kata Bagas sambil menyerahkan tali tambang ke Arman.
“Siap, komandan!” jawab Arman, lalu mulai memanjat pagar dengan gaya Spiderman amatiran. Setelah berhasil sampai di puncak, ia menjulurkan tali ke bawah. “Cepetan naik! Ini gampang banget.”
Dika dan Bagas segera menyusul. Setelah mereka semua berada di atas pagar, mereka melihat ke bawah. Tapi bukannya tanah lapang seperti yang mereka bayangkan, di bawah pagar itu ternyata ada sungai besar yang airnya keruh kecokelatan.
“Eh, kok di bawah ada sungai? Sejak kapan di belakang sekolah ada beginian?” tanya Bagas panik.
“Mana gue tahu. Mungkin ini sungai baru akibat hujan deras kemarin,” jawab Arman sok tahu.
“Udah, lompat aja! Kita pasti bisa berenang ke tepi,” ujar Dika sambil mencoba menyemangati diri sendiri.
Tanpa pikir panjang, Arman melompat duluan. Cipratan airnya seperti meteor jatuh.
“Woi! Dalam banget! Tolong!” teriak Arman dari dalam air sambil mengayuh kakinya panik.
Bagas dan Dika saling berpandangan. Tapi karena mereka sudah di atas pagar dan tak mungkin balik lagi, mereka akhirnya melompat juga. Dan, tentu saja, mereka semua tenggelam beberapa detik sebelum berhasil mengapung dengan susah payah.
“Airnya bau lumpur! Kayak comberan!” keluh Bagas sambil mengibas-ngibas air dari wajahnya.
“Ini sungai apa rawa, sih? Gue kena lintah!” teriak Dika sambil panik mencoba mencopot sesuatu dari kakinya.
Setelah berenang setengah mati melawan arus, mereka akhirnya berhasil meraih tepi sungai yang penuh lumpur dan tanaman liar. Mereka basah kuyup, bau, dan penuh gigitan serangga aneh.
Saat mereka sedang menyeka diri dengan daun seadanya, tiba-tiba suara satpam sekolah terdengar dari kejauhan. “Eh, kalian! Ngapain di sana? Balik ke sini sekarang!”
Satpam itu muncul di atas pagar dengan tatapan penuh amarah sambil memegang megafon. Rupanya, pagar itu dilengkapi kamera CCTV, dan aksi heroik mereka sudah dipantau dari awal.
“Ya ampun, Bang Satpam, kami cuma mau cari udara segar,” jawab Bagas sambil memohon ampun.
“Udara segar apanya? Cepat balik ke sekolah sebelum saya laporkan ke kepala sekolah!”
Dengan rasa malu yang tak terkira, trio itu harus memutar jalan melewati pemukiman warga, basah kuyup, sambil menahan tatapan heran orang-orang.
Sejak saat itu, Tim Nyeleneh mendapat julukan baru: “Tim Lompat Sungai”, dan mereka bersumpah untuk berpikir dua kali sebelum bolos lagi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI