"Minggirlah atau aku porak-porandakan pasar ini!" begitulah ancam Sang Putri kepada para penjaga pintu pasar. Tanda berlama-lama, Sang Putri menyuruh prajuritnya untuk membukakan jalan yang menghalangi Sang Putri. Terjadilah peperangan di dalam pasar ini. Rakyat menjerit ketakutan. Mereka berlari menuju persembunyian yang aman. Seluruh isi pasar morat-marit. Para penjaga pintu pasar kewalahan menghadapi serangan dari prajurit Lodaya. Salah seorang dari penjaga pintu pasar itu lari menuju istana untuk memberi tahu Raja Jayabaya.
"Sekarang minggirlah kalian semua! Hahahaha!" seru Sang Putri. Para penjaga pintu pasar telah berhasil dikalahkan. Iring-iringan Sang Putri melanjutkan perlajanannya untuk masuk ke dalam istana Kediri melalui pintu barat. Mereka berhenti di depan pintu gerbang istana yang dihiasi oleh lambang Candrakapala.Â
Tengkorang bertaring di atas bulan sabit itulah yang disebut sebagai Candrakapala, simbol dari kerajaan Kediri. Pintu gerbang itu dijaga ketat oleh prajurit yang membawa tombak dan pedang. Penjaga pintu itu bertubuh tegap. Agaknya, penjaga pintu gerbang istana itu akan lebih susah dihadapi daripada penjaga pintu pasar yang telah dikalahkan oleh prajurit Lodaya.
Sang Putri turun dari pedatinya. Ia menyampaikan tujuan kedatangannya dan meminta untuk dibukakan pintu gerbang istana. Penjaga pintu gerbang istana mempersilakan Sang Putri untuk menunggu sebentar. Salah seorang penjaga pintu gerbang istana ingin menyampaikan kedatangannya kepada Raja Jayabaya. Namun, Sang Putri enggan untuk menunggu. Ia ingin segera dipersilakan masuk ke dalam istana.
"Saya datang ke sini untuk menemui Rajamu. Biarkan aku masuk ke dalam istana!" tegas Sang Putri.
"Bersabarlah, Tuan Putri. Hendak saya tanyakan dulu kepada Baginda Raja Jayabaya," jawab salah satu penjaga gerbang istana.
Sang Putri pun mengancam akan merobohkan pintu gerbang apabila tidak segera dibukakan pintu. Prajurit Lodaya diperintahkannya untuk melakukan serangan. Hal ini membuat para prajurit dari dalam istana Kediri keluar dan membalas serangan prajurit Lodaya. Mereka terlihat saling menyerang. Tanaman yang ada di sekitar gerbang istana itu pun rusak oleh serangan dari kedua kubu. "Serang! Jangan sesekali mundur!" seru Sang Putri. Keramaian itu pun akhirnya terdengar sampai dalam istana. Raja Jayabaya segera keluar untuk melihat keadaan yang ada di luar istana.
"Hentikan semua ini!" perintah Raja Jayabaya.
"Siapa kamu? Apa tujuanmu datang kemari?" tanya Raja Jayabaya kepada Sang Putri.
"Aku Putri dari Lodaya. Aku datang kemari untuk meminangmu. Aku telah membawa hantaran yang indah-indah dari istanaku. Peristrilah aku agar kita hidup bahagia!" jawab Sang Putri dengan lantangnya.
"Apakah seperti ini caramu bertamu? Tidakkah kamu mengerti tata cara bertamu yang sopan? Lihatlah hasil perbuatanmu yang telah menghancurkan wilayahku dan membuat takut rakyatku!" sahut Raja Jayabaya.