"Kalau gitu berarti kita beda pemikiran. Buatku, ibadah ya ibadah saja. Perkara dapat pahala itu urusan Allah, bukan lagi urusan kita. Percuma ibadah kalau hanya transaksional saja. Kamu pikir ibadah itu kaya dagang, ada untung ruginya gitu?"
"Ya bukan gitu mas, kan kita dijanjikan surga kalau banyak pahalanya."
"Iya itu betul, tapi apa karena sebatas mengharap surga dan takut pada neraka saja? Kalau pendapatmu seperti itu ya monggo saja, aku gak maksa. Cuma kalau aku beribadah, sholat, ataupun melakukan kebaikan lain, ya itu karena aku butuh. Selain karena perintah Allah tentunya."
"Lha tapi kamu sendiri sholat subuh ogah-ogahan, terus jarang ngaji, pergi ke masjid cuma pas sholat Jumat saja."
"Yah..kita kan sudah memilih jalan dosa masing-masing." Terpancar senyum sinis dari wajah Mangir. Sementara Maspiroh masih terpaku menunggu lanjutan omongan suaminya.
"Contohnya aku, mungkin aku berdosa karena sholat tak tepat waktu, sedangkan kamu hampir selalu on time. Tapi kamu kan masih sering gosip sama tetangga pas beli sayuran di warung depan to?"
"Iya sih...tapi..."
"Nah itu baru contoh kecil saja. Ada yang doyan judi tapi rajin menolong orang. Ada yang menutup aurat tapi masih suka membuka aib saudaranya. Ada juga yang suka mabuk tapi tiap ramadhan puasanya full."
"Ah kamu selalu bisa cari alasan. Cari pembenaran aja."
"Bukan gitu. Pernah dengar kisah pelacur yang masuk surga karena ngasih minum anjing yang kehausan?"
"Iya pernah."