"Tak bilangin lho!"
"Eits...jangan donk. Tanganku masih sakit kalau buat push up lagi. Oh iya, kamu kakak favoritku. Nih buat kamu." Kata Satria sambil menyodorkan coklat tobleron yang sejak tadi disembunyikan dalam tasnya.
"waa..makasih yaa. Coba tadi aku gak sakit, pasti pulang sekolah bawa satu tas plastik berisi coklat."
"yee malah ke ge eran"
Setelah berpamitan dengan orang tua Puspita, Satria beranjak pergi dari rumah dinas itu. Tak berapa lama kemudian gerimis turun dari langit. Hujan di musim kemarau, sebuah berkah tersendiri bagi orang kampung yang mulai kesulitan mendapatkan air. Di dalam kamar sambil mendengarkan lagu melalui tape recordernya, Puspita membuka coklat yang diberikan Satria. Ia juga membuka selipan kertas catatan yang ada di pita.
Terimakasih untuk 3 hari yang berkesan ini.
Satria Dirgantara....
Mendadak kalimat itu membuat waktu seakan berhenti berputar. Puspita hanya tersenyum sambil terus memandangi kalimat sederhana itu. Tanpa tersadar, ia baru saja merasakan yang namanya jatuh cinta.
Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H