Mohon tunggu...
Pritha Khalida
Pritha Khalida Mohon Tunggu... -

Pritha Khalida Ibu rumahtangga yang suka menulis dan belajar berbagai hal baru

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sariawan Hilang, Monster Berbahasa Planet Pun Terbang

26 April 2014   11:22 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:10 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1398488564228008083

"Bunda, aku boleh main bola di taman, nggak?" tanya seorang anak lelaki

"Mmh...Bbb..." jawab sang Ibu sambil mengatupkan mulut.

"Boleh nggak?" tanyanya lagi.

"Mmmh...brbrb..." kali ini sambil monyong-monyong.

"Ah tau deh, Bunda mah ditanya jawabnya mmm...bbb... Kaya monster. Cape deh!" dan anak itu pun melesat keluar sambil membawa bolanya. Padahal matahari siang itu sangat terik.

Itu adalah kisah nyata sepenggal obrolan yang terjadi antara seorang ibu dan anak lelakinya. Apa yang terjadi? Kenapa sang ibu kaya monster? Simpel sodara-sodara, pasalnya ibu itu lagi sariawan dan baru saja menetesi sariawannya dengan obat yang (baginya) terasa bagaikan dicabik-cabik oleh sebilah samurai. Haha, lebay! Tapi sungguh, memang seperti itulah rasanya mengobati sariawan pakai obat tetes.

Eh kok tahu?

Ya iya lah saya tau, Ibu monster berbahasa planet itu kan saya. Kejadian ini terjadi saat saya lagi hamil anak kedua beberapa bulan yang lalu.

Sebagai seorang ibu hamil, saya selalu berusaha menghindari obat-obatan kimia jika terserang penyakit apapun, mau itu pilek, batuk, sembelit termasuk sariawan. Pasalnya, apa yang dikonsumsi oleh seorang ibu hamil, kan 'dirasakan' juga oleh bayinya, betul? Mengonsumi obat-obatan kimia tentu tak baik bagi kesehatan janin.

Nah waktu itu, ada saya mendadak kena sariawan. Penyebabnya gara-gara kecolok bulu sikat gigi yang kurang lembut. Gimana rasanya kena sariawan? Sakit! Dan yang lebih parah, sariawan juga bikin kita jadi gak enak makan, gak enak ngomong dan gak enak tidur.

Karena nggak pengin mengonsumsi obat-obatan kimia, maka langkah yang saya tempuh saat itu adalah meneteskan obat ke sariawan saya yang ukurannya segede choco  chips. Yes, langkah itu sepertinya aman. Ini kan obat tetes, nggak ditelan. Jadi nggak beresiko terhadap kehamilan dong ya logikanya?

Dan... Arggggggghhhhsskkkkk! Sakitnya luar biasa! Pedihnya luar biasa! Saya sampai buru-buru ke kamar mandi. Salah besar kalau Anda berpikir saya mau muntah. Bukan, saking gak tahan sama rasa sakitnya, saya mendadak pengin pipis.

Suami saya bengong demi melihat isteri tercintanya mendadak berkelakuan aneh. Lebih bengong lagi pas dia nanya penyebabnya dan saya menjawabnya dengan bahasa planet seperti jawaban saya pada Gaza--putera sulung saya yang izin main bola di tengah panas terik. Ya, mau gimana lagi? Saya bener-bener gak sanggup berkata-kata saat itu gara-gara pedih yang tak terperi akibat obat tetes sariawan.

"Mmmmm.... Bbbpp...." gitu doang suara, eh... tepatnya bunyi yang keluar dari mulut saya yangterkatup rapat sambil sedikit monyong itu.

Sampai akhirnya beberapa saat kemudian, baru saya bisa buka mulut.

"Pedih banget, sumpah." ucap saya pada suami.

"Abis ngapain?" tanyanya

"Netesin sariawan pake obat tetes." jawab saya singkat.

"Ditetesin langsung?"

"Ho..oh." angguk saya.

"Ya iya lah perih, bikin perkara aja. Mestinya kan dicampur air terus dikumur."

"Ya maksudnya biar lebih cepet sembuh, gitu." ujar saya polos. Suami saya cuma geleng-geleng aja liat kelakuan isterinya yang sok tau.

"Lagian, Bunda ngobatin sariawan gak nanya-nanya dulu. Main tetes tetes aja. Mana tahu itu nggak aman untuk ibu hamil." katanya.

"Masa sih gak aman? Ini kan gak ditelen."

"Yakin gak ada yang ketelen? Yang setetes tadi, kalo bareng air liur masuk tenggorokan gimana?"

Oh iya ya, saya kok gak kepikiran??

"Jadi ini sariawan mesti digimanain?" tanya saya sambil menatap si sariawan yang memerah pasca dikasih obat tetes.

Suami saya pun pamit bentar ke warung, mo beliin obat katanya. Dan sesaat kemudian dia pulang sambil bawa obat berbentuk tablet dengan kemasan warna kuning-hijau.

Kuldon. Meredakan sariawan, tenggorokan kering dan panas dalam

Begitulah tulisan yang tertera di kemasan obat produksi Deltomed itu.

"Tapi, nggak apa-apa nih buat ibu hamil?"

"Itu kan jamu, artinya terbuat dari bahan-bahan alami. Dan udah aku cek kok, nggak ada kontra indikasi untuk ibu hamil dan menyusui." ujar suami saya dengan yakin.

Saya percaya aja sama suami, dan tanpa banyak nanya lagi tuh obat sariawan saya telan.

Langsung sembuh? Ya nggak lah, emang iklan di tivi. Setelah melewati tidur siang, sore harinya saya baru merasa enakan. Sang sariawan mulai kempes dan tak lagi terasa mengganggu.

Waa senangnya, Alhamdulillah... Sariawan saya sembuh. Meski masih ada bekasnya, tapi udah nggak sakit. Syalalala senangnya... Dan kebahagiaan saya bertambah ketika mendapati kenyataan bahwa nggak cuma sariawan yang sembuh, sembelit yang saya alami pun berangsur membaik. Padahal si sembelit ini sebelumnya saya 'yakini' sebagai masalah biasa pada ibu hamil yang nggak perlu diobati (tentu saja ini keyakinan yang salah, sodara-sodara!)

[caption id="attachment_304633" align="aligncenter" width="300" caption="Kuldon, solusi sariawan aman untuk ibu hamil dan menyusui"][/caption]

Selesai urusan sariawan, selesai urusan sembelit, berarti saya udah bukan monster berbahasa planet lagi dong ya? Tapi, eh apa itu? Kok ada monster di rumah saya? Kecil, item, bawa bola...Huwaaaa!

"Apaan sih, Bun?" monster itu bersuara. Abis saya kucek-kucek mata, baru deh saya sadar kalo itu bukan monster tapi anak sulung saya.

"Eh, Abang ya ampun kok item amat? Abis mandi oli?" tanya saya.

"Enggak, cuma abis main bola. Tadi Gaza menang dong, goal! Bolanya jauh masuk solokan, temen Gaza yang ambil. Seru bener deh, Bun" ujarnya santai sambil menyeruput minum di dapur.

Bola? Aaaaahhh, jadi tadi siang pas panas terik itu dia beneran ngabur main bola? Pantesan gosoooong. Nih gara-gara mengobati sariawan sembarangan! Duh nggak lagi-lagi, deeeh...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun