Mohon tunggu...
priskalia nikenwidowati
priskalia nikenwidowati Mohon Tunggu... Guru - Pengajar di Sekolah Dasar

shaping the brain through knowledge

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Implementasi Taxonomi Bloom pada Kemampuan Membaca Kelas Rendah

20 Oktober 2021   00:15 Diperbarui: 20 Oktober 2021   04:45 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rutinitas guru adalah mendidik, megajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi pebelajar.Oleh karena itu guru perlu membuat perencanaan sebelum melaksanakan rutinitas setiap hari dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pendidikan.
Dalam hal menyusun RPP inilah salah satu kemampuan guru yang dibutuhkan adalah memahami Taksonomi Bloom.

Taksonomi Bloom ditemukan oleh seorang psikolog Amerika, Benjamin Samuel Bloom di awal tahun 1950. Toxonomy Bloom merupakan konsep kemampuan berfikir yang disusun secara hierarki membentuk piramida dari kemampuan berpikir yang sederhana (low order thinking skill/LOT) hingga tingkatan teratas kemampuan berpikir tinggi atau abstrak (high order thinking skill/ HOT).

Dalam kerangka konsep kemampuan berfikir dibagi menjadi 3 domain/ranah:

1. Ranah Kognitif

Domain ini berisi perilaku -perilaku yang menekankan aspek intelektual seperti pengetahuan, pengertian dan ketrampilan berpikir.

Dalam ranah kognitif terdapat 6 jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai yang tertinggi antara lain:

  1. Pengetahuan -C1 mengingat kembali, menghafal;
  2. Pemahaman -C2 Menerjemahkan, menginterpretasikan, menyimpulkan;
  3. Penerapan - C3 Menggunakan konsep prinsip dan prosedur untuk memecahkan masalah;
  4. Analisa - C4 Menguraikan suatu materi menjadi suatu bagian-bagian;
  5. Sintesis - C5 Menggabung bagian-bagian menjadi satu kesatuan;
  6. Evaluasi- C6 Menilai berdasarkan kriteria.

2. Ranah Afektif 

Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi seperti minat, sikap dan cara penyesuaian diri.

Ranah afektif terdiri dari 5 kategori dari yang sederhana hingga paling komplek.

1. Penerimaan-A1 memperhatikan dan memberikan respon;

2. Responsive-A2 berpartisipasi aktif dalam pembelajaran;

3. Nilai- A3 menunjukan nilai yang baik dan kurang baik;

4. Organisasi-A4 penyatuan nilai, sikap yang terjamin dalam filsafat hidup;

5. Karakterisasi-A5 Karakter dan daya hidup seseorang berdasarkan nilai yang dianut.

3. Ranah Psikomotor

Model psikomotor berfokus pada gerakan fisik, koordinasi, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan keterampilan motorik.

1. Peniruan-P1 mengamati perilaku

2. manipulasi - P2 melakukan tindakan sesuai dengan instruksi

3. Ketetapan-P3 mengulangi pengalaman serupa menuju ke arah yang lebih baik

4. Artikulasi - P4 koordinasi serangkaian tindakan untuk mencapai keselarasan dan konsistensu internal

5. Naturalisasi- P5 kinerja tingkat tinggi menjadi alami

Seiring dengan perkembangan zaman taksonomi Bloom diubah oleh Lorin Anderson mengalami perubahan pada tahun 2021.

Taxonomi Bloom (1950) terdiri dari Pengetahuan (C1), Pemahaman (C2), Penerapan (C3), Analisis (C4), Sintesis (C5) dan Evaluasi (C6) sedangkan Taxonomi Bloom Revisi terdiri dari mengingat (C1), memahami(C2), mengaplikasikan(C3), menganalisis(C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6)

Revisi Taksonomi Bloom berfokus pada perubahan terminologi:

  • Perubahan setiap kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja;
  • Perubahan mendasar terletak pada C5 dan C6, pada taksonomi bloom revisi tahap evaluasi berubah menjadi C5 sedangkan sistesis berubah menjadi mencipta C6;
  • Dalam taksonomi bloom yang lama hanya mempunyai satu dimensi yang terdiri dari 6  tahapan yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Sedangkan Taksonomi Bloom revisi mempunyai dua dimensi yaitu  dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dsalam dimensi proses kognitif terdiri dari 6 kategori mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Dimensi pengetahuan terdiri atas pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Matakognitif.

Pengajar dapat menggunakan Taksonomi Bloom untuk menentukan level kognitif dalam menentukan pemetaan materi, tujuan belajar, aktivitas belajar dan evaluasi serta dapat mengembangkan pemikiran kritis dan kemampuan kognitif tingkat tinggi. Tentunya pebelajar dapat mengembangkan kemampuan tingkat tinggi jika pebelajar telah melewati level skill dasar atau tingkat rendah C1 – C3 yang tidak kalah pentingnya dengan level kemapuan berpikir tingkat tinggi C4 – C6. Dengan mengikuti klasifikasi taxonomi Bloom dari tingkatan dasar menuju ke abstrak proses pembelajaran dapat terintegrasi dengan baik. Taksonomi Bloom juga dapat diaplikasikan ke semua tingkatan kelas. Berikut adalah contoh penerapan taxonomi bloom revisi pada tingkatan kelas rendah yaitu kelas 1.

Tema: Kegiatanku

Tujuan: Peserta didik dapat menceritakan kegiatan olah raga melalui studi literasi dengan runtut.

Ranah Kognitif

1. Mengingat (C1): Peserta didik dapat membaca cerita bermain di lapangan.

2. Memahami (C2): Peserta didik dapat menceritakan kembali.

3. Menerapkan (C3): Peserta didik dapat memperagakan berbagai jenis olah raga.

4. Menganalisa (C4): Peserta didik dapat menyeleksi olah raga yang murah dengan olah raga yang mahal.

 5.Mengevaluasi (C5): Peserta didik dapat mengemukakan pendapat tentang olah raga kegemarannya.

6. Mencipta (C6): Peserta didik dapat membuat vlog dengan tema olah raga dengan rinci.

Dengan menerapkan Taxonomi Bloom dari tahapan skill yang paling dasar hingga ke yang paling abstrak, peserta didik dapat mendalami tahapan tiap skill dari tiap tingkatannya. Tahapan yang paling sederhana merupakan fondasi untuk membentuk pengetahun yang dibutuhkan di tingkat yang lebih atas. Walaupun begitu peserta didik dan pengajar memang membutuhkan waktu yang cukup lama hingga ke 6 tingkatan skill dapat dilalui. Dengan kata lain ke 6 tingkatan tersebut tidak dapt telampaui hanya dalam 1 kali proses belajar mengajar melainkan berproses sesuai dengan alokasi waktu yang telah dirancang oleh pengajar.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun