Mohon tunggu...
Pris Chania
Pris Chania Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Blog yang dibuat untuk kumpulan Cerpen karya Pris Chania

Hidup adalah belajar, belajar dari segala hal. Jangan cepat puas, karena esok masih ada.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rasa dalam Bimbang

4 Juni 2022   06:35 Diperbarui: 23 September 2024   21:00 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiga tahun lamanya rasa ini kupendam, memenjarakannya dalam rongga dada. Ingin melepas? Aku masih belum siap untuk patah hati sedemikian rupa. Awalnya kukira aku hanya mengaguminya, mengagumi setiap yang dia punya.

Seiring detik beranjak menit, aku sadari bahwa rupanya aku telah jatuh hati padanya, jatuh sejatuh-jatuhnya yang membuat aku kadang tertawa karena merasa bodoh. Kadang pula menangis karena begitu menginginkan dia menjadi penyempurna kekuranganku. Hei, aku ini siapa? Berharap bersanding dengannya, sedangkan aku sendiri punya banyak tujuan dalam hidup.

Lagian, dia terlalu sempurna untuk aku yang banyak kekurangan. Sudahlah, mungkin aku hanya akan jadi salah satu yang mencintainya dalam diam. Menyebut namanya dalam bait-bait doa. Jika bukan jodohku, maka aku harus rela dan menunggu yang Tuhan ciptakan memang untukku.

"Kak Naina?"

Aku mendongak, mendapati seorang perempuan berhijab merah muda tersenyum secerah rona hijabnya. Aku mengangguk, menjabat uluran tangannya yang menggantung. Kucoba ingat-ingat perihal perempuan yang tampak lebih muda dariku ini.

"Kak Naina lupa, ya, sama aku? Ya udah, deh, aku kenalin diri lagi. Aku ini Farah, adik kelas Kak Naina sewaktu masih SMP. Ingat, tidak?" Dia tersenyum manis, menarik kursi di sampingku dengan pelan agar tiada terdengar berderit.

Farah, adik kelasku sewaktu SMP yang pernah begitu dekat denganku. Dia masih sama dengan tujuh tahun yang lalu, imut. Yang berubah hanya tinggi serta kacamata yang bertengger di pangkal hidung, membuatnya semakin mempesona. Dalam balutan hijab cerah, karismatiknya tampak lebih memancar.

"Sekarang aku ingat. Maaf sempat melupakanmu, Farah. Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanyaku sekadar berbasa-basi.

Farah merentangkan tangan dengan menjawab, "Seperti yang Kakak lihat. Aku baik dan jauh lebih baik dari tujuh tahun yang lalu. Berkat Kak Naina, aku berhasil menggapai titik-titik cahaya dari dasar jurang yang gelap."

Mengulas senyuman samar, aku tertohok sendiri. Sekarang aku yang berada di jurang itu, menggantikan orang yang katanya telah menggapai titik-titik cahaya dan berhasil memerangi kegelapan diri sendiri dengan titik-titik yang berubah menjadi gumpalan cahaya terang.

"Dan, karena nasihat dari Kakak pula aku menjadi lebih baik sampai aku benar-benar menyadari betapa bodohnya aku dahulu, mencintai seseorang hingga hampir kehilangan kehormatan diriku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun