Pada suatu ketika, Umar sedang berdialog dengan seorang rakyatnya. Orang itu memegang teguh pendapatnya dan mengatakan kepada Amirul Mukminin,
"Takutlah Anda kepada Allah, wahai Umar!"
Ucapan itu diulanginya beberapa kali, hingga seorang sahabat yang ikut dalam dialog tersebut tidak sabar dan menghardiknya,
"Hai diamlah! Kamu sudah berbicara banyak sekali kepada Amirul Mukminin!"
Tetapi Umar bin Khattab menyela dan berkata,
"Biarkan saja. Tidak baik jika ia tidak menyatakan pendapatnya, dan tidak baik pula bagi kita jika tidak mendengarkannya."
Memang benar. Tidak baik bagi rakyat jika tidak mau mengatakan apa yang dianggap benar, dan tidak baik pula bagi seorang pemimpin jika ia tidak mau mendengar dan memperhatikan apa yang dikatakan rakyatnya.
Namun, lebih dari sekedar mengatakan dan mendengarkan semata. Faktor utama yang bisa menghidupkan demokrasi dengan sehat dan membuat pemerintahan suatu negara menjadi kuat adalah kepercayaan dan ketentraman di hati rakyat, sehingga mereka berani mengemukakan pendapat. Di samping itu, juga butuh kerendahan hati, kesediaan dan kesabaran penguasa untuk menerimanya.
Melucuti keberanian pada diri rakyat, atau penguasa tak mau menerima pendapat mereka, itu sama artinya dengan melucuti keduanya (baik rakyat dan penguasa) dari arena kehidupan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H