Seberapa besar niat dan tekad kita untuk mewujudkan mimpi beribadah haji?
Kalau sekedar niat, semua orang juga punya niat beribadah haji. Tapi, mampukah kita mewujudkannya?
Mungkin 2 kisah berikut bisa menginspirasi kita, bahwa dengan niat dan tekad yang kuat, diikuti perencanaan haji sedari muda, mimpi dan cita-cita kita untuk bisa beribadah haji di Tanah Suci sangat mungkin akan terwujudkan.
***
Kisah pertama datang dari tanah Banten pada jaman kolonial, tepatnya ketika Pangeran Aria Achmad Djajadiningrat menjadi Bupati Banten.
Suatu hari, seorang rakyatnya yang miskin datang kepadanya. Saat itu bupati adalah petugas yang berwenang mengeluarkan surat keterangan (semacam paspor) untuk berangkat berhaji. Di depan Bupati Achmad, penduduk miskin ini memperlihatkan tabungannya.
Namun sayang, tabungannya ternyata tidak mencukupi jumlahnya untuk mendapatkan paspor haji. Pada waktu itu, paspor haji ditetapkan oleh pemerintahan kolonial Belanda sebesar 500 gulden. Tabungan bapak ini tak cukup untuk membayar biaya sebesar itu.
Padahal dia sudah menabung selama 25 tahun lamanya sejak ia masih muda dan kuat bercocok tanam. Bapak itu menanam tabungannya di kebun miliknya, berbentuk mata uang sekelip atau setara dengan 5 sen dan juga seketip atau 10 sen. Â
Sefakir itu, seberat itu, selama itu dia menabung, mengumpulkan uang seketip dua ketip, di tanam di kebun entah karena alasan apa, semua dilakukannya untuk mewujudkan cita-cita. Pergi ke tanah suci untuk berhaji.
Bagaimana akhir kisahnya?