Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wahai Milenial, Ibadah Haji Bukan Hanya untuk Orangtua

8 Oktober 2020   07:11 Diperbarui: 8 Oktober 2020   07:17 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seberapa besar niat dan tekad kita untuk mewujudkan mimpi beribadah haji?

Kalau sekedar niat, semua orang juga punya niat beribadah haji. Tapi, mampukah kita mewujudkannya?

Mungkin 2 kisah berikut bisa menginspirasi kita, bahwa dengan niat dan tekad yang kuat, diikuti perencanaan haji sedari muda, mimpi dan cita-cita kita untuk bisa beribadah haji di Tanah Suci sangat mungkin akan terwujudkan.

***

Kisah pertama datang dari tanah Banten pada jaman kolonial, tepatnya ketika Pangeran Aria Achmad Djajadiningrat menjadi Bupati Banten.

Suatu hari, seorang rakyatnya yang miskin datang kepadanya. Saat itu bupati adalah petugas yang berwenang mengeluarkan surat keterangan (semacam paspor) untuk berangkat berhaji. Di depan Bupati Achmad, penduduk miskin ini memperlihatkan tabungannya.

Namun sayang, tabungannya ternyata tidak mencukupi jumlahnya untuk mendapatkan paspor haji. Pada waktu itu, paspor haji ditetapkan oleh pemerintahan kolonial Belanda sebesar 500 gulden. Tabungan bapak ini tak cukup untuk membayar biaya sebesar itu.

Padahal dia sudah menabung selama 25 tahun lamanya sejak ia masih muda dan kuat bercocok tanam. Bapak itu menanam tabungannya di kebun miliknya, berbentuk mata uang sekelip atau setara dengan 5 sen dan juga seketip atau 10 sen.  

Sefakir itu, seberat itu, selama itu dia menabung, mengumpulkan uang seketip dua ketip, di tanam di kebun entah karena alasan apa, semua dilakukannya untuk mewujudkan cita-cita. Pergi ke tanah suci untuk berhaji.

Bagaimana akhir kisahnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun