Konon, berkat kebijakan dan kebaikan Bupati Achmad Djajadiningrat, orang itu bisa mendapatkan paspor dan kemudian berangkat menunaikan ibadah haji.
***
Kisah kedua datang dari Tasikmalaya, tentang seorang penarik becak yang berhasil mewujudkan mimpi pergi haji bersama istrinya.
Namanya Haji Wahid, penarik becak yang biasanya mangkal di kawasan Gunung Pereng, Cihideung, Tasikmalaya. Â Sejak tahun 1972, Wahid bekerja sebagai penarik becak di Gunung Pereng. Ia mendapatkan becaknya dari hasil kredit yang dibayarkannya setiap hari.
"Waktu itu saya mencicil Rp 150,00/hari. Cicilan itu, saya bayar selama kurang lebih setahun," kata warga Jl. Paseh Kota Tasikmalaya ini, dikutip dari koran Pikiran Rakyat (6 Mei 2006).
Setelah melunasi becaknya, Wahid mulai menabung untuk membeli tanah buat rumahnya. Berkat kerja keras siang dan malam menarik becak, serta kedisiplinannya dalam menggunakan uang, Wahid mampu membeli tanah dan membangun rumah.
"Sebagian dari hasil menarik becak, saya tabungkan untuk berbagai keperluan," katanya.
Selain menabung untuk membeli tanah, Wahid juga mencicil becak dengan harapan bisa disewakan kepada rekan lainnya. Cara ini cukup menambah penghasilan bagi Wahid.
Tidak hanya itu, sejak punya dua becak, Wahid beserta istri dan anaknya rajin menabung agar bisa naik haji. Tak ada target harus berapa besar tabungan terisi setiap bulannya. Wahid hanya menyisihkan uang dari hasil usahanya, setelah digunakan untuk makan serta kebutuhan sehari-hari.
Setelah merasa tabungan yang dikumpulkannya selama 30 tahun sejak ia berusia 23 tahun itu jumlahnya cukup, pada tahun 2003 ia mendaftarkan diri untuk berangkat haji beserta istrinya. Setahun kemudian, Wahid bisa pergi ke tanah suci untuk menunaikan rukun Islam kelima.
***