Tangkapan layar 1
Dengan Sarah, kita bisa jadi sering berpikir bahwa bahasa kita ternyata tidak sesuai dengan standar bahasa yang digunakan Sarah. Jadinya, alih-alih terlibat aktif dengan berbalas kata, kemungkinan kita hanya akan menutup mulut dan tersenyum saja sampai pembicaraannya selesai.
Berbeda bila kita berbicara dengan Laura, yang bahasanya mudah dicerna. Kita bisa proaktif menimpali pembicaraan tersebut. Berbicara dengan Laura yang memakai bahasa sederhana dan mudah dipahami membuat kita merasa setara dan tidak rendah diri.
Dua ilustrasi diatas membawa kita pada arti dari Keterbacaan:
Keterbacaan konten adalah penanda yang membantu kita untuk menentukan apakah konten/artikel yang kita buat mudah dibaca atau tidak.
Gagasan tentang Keterbacaan muncul pada 1920-an di Amerika Serikat. Ketika itu jumlah anak yang bersekolah di sekolah menengah di sana meningkat. Para pendidik mulai membicarakan apa yang seharusnya diajarkan pada anak-anak sekolah ini.
Sebuah saran diajukan oleh Thorndike dalam bukunya "The Word Teachers' Word Book" (1921). Buku itu mencantumkan 10.000 kata, masing-masing memberikan nilai berdasarkan perhitungan luas dan frekuensi penggunaannya. Idenya adalah buku ini dapat memberi tahu para guru tentang kata-kata mana yang harus mereka tekankan dalam pengajaran mereka sehingga kata-kata yang paling umum digunakan dapat ditanamkan dalam kosa kata siswa mereka.
Buku Thorndike dan variasi selanjutnya adalah katalis untuk penelitian Keterbacaan, yaitu apa yang membuat teks dapat dibaca dan bagaimana hal ini berbeda berdasarkan tingkat pendidikan. Pada akhir 40-an, ukuran keterbacaan telah muncul menghasilkan skor berdasarkan penghitungan suku kata dan panjang kalimat.Â
Mengapa keterbacaan itu penting dan harus diterapkan dalam setiap konten (artikel)?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!