Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Hadapi Kritik dan Beranilah Merevisi Karya Tulismu Seperti Dua Penulis Besar Ini

26 Januari 2019   09:12 Diperbarui: 26 Januari 2019   09:29 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: thedailystar.net

Mary Shelley lalu melanjutkan untuk membuat beberapa revisi yang lebih luas. Dia melunakkan karakter dan rasa bersalah Victor Frankenstein, menghilangkan beberapa bagian yang lebih revolusioner serta menghapus sebagian besar gambaran dari karakter tokoh wanita terpenting dalam novelnya, Elizabeth Lavenza.

Salah satunya terlihat dari adegan ketika Victor dan Elizabeth berhadapan dengan Justine, pelayan mereka yang dituduh mencekik saudara mereka, William. Justine akan dieksekusi keesokan paginya, dan dia baru saja mengakui bahwa pengakuannya yang semula itu dipaksa - dilakukan hanya untuk menyelamatkan jiwanya.

Pada edisi 1818, Elizabeth berkata panjang lebar, menasehati dan menghibur Justine dengan kalimat-kalimat yang menggambarkan jiwa pemberontak; menentang "keadilan" hukuman mati serta bias laki-laki yang menawarkan perempuan lain untuk dikorbankan.

Sementara pada edisi 1831, justru Justine-lah yang bersikap pasrah dan malah menasehati Elizabeth dengan satu kalimat yang terkenal; "....jika Anda mengingat saya dan menganggap saya sebagai orang yang dikutuk secara tidak adil, saya pasrah pada nasib yang menanti saya. Belajarlah dari saya, nona, untuk bersabar dengan kehendak surga!"

Para ahli dan pengamat menilai, pemotongan dan perubahan karakter Elizabeth Lavenza dilakukan Mary Shelley sebagai respon terhadap kritik yang menderanya sejak novel itu pertama kali diterbitkan. Pembaca (terutama kaum pria) merasa tidak nyaman dengan penggambaran karakter Elizabeth yang enggan untuk tunduk kepada nasibnya. Ini tidak sesuai dengan karakter asli kaum wanita umumnya pada zaman itu.

Apa pun yang dipikirkan Mary secara pribadi tentang hal itu, perubahan yang dilakukannya seolah menunjukkan dia setuju dengan pandangan umum tersebut. Meskipun mungkin saja ia membuat revisi sambil mengigit bibir, tak tahan melihat karakter asli bukunya harus dikoyak-koyak.

Mary saat itu bukanlah gadis remaja berjiwa pemberontak yang menolak untuk mematuhi hukum masyarakat , yang kepribadiannya ia tuangkan secara utuh pada dua karakter utama novel, Victor Frankenstein dan Elizabeth Lavenza. Hanya seorang remaja di awal abad ke-19 yang bisa membayangkan "monster" yang berpikir seperti anak kecil, dan disiksa dengan kejam oleh ayahnya - sama seperti Mary dikhianati oleh ayahnya sendiri karena mencintai Percy.

Mary pada 1831 sudah menjadi seorang wanita dewasa, yang memahami bagaimana seharusnya kehidupan seorang wanita pada jamannya sesuai dengan dogma masyarakat Inggris abad ke-19.

***

Michael H Hart dan Mary Shelley memberi pelajaran pada kita tentang kritik dan revisi. Siapa yang harus memutuskan seperti apa sebenarnya karya tulis kita: Apakah kita sendiri (penulis) atau mereka (pembaca)? Siapa yang bisa menilai sudah sebaik apa karya tulis kita; apakah pembaca, atau penulisnya?

Sebagai penulis, sulit untuk mengetahui kapan suatu karya tulis itu selesai dibuat. Seperti mitologi dewa Janus, sebuah akhiran adalah awal dari permulaan. Masih ada banyak tahapan yang harus dilalui seorang penulis usai menciptakan sebuah karya; membaca kembali, revisi, mengedit, mengoreksi, dan menggigit kuku menunggu kritik dari pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun