Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Hadapi Kritik dan Beranilah Merevisi Karya Tulismu Seperti Dua Penulis Besar Ini

26 Januari 2019   09:12 Diperbarui: 26 Januari 2019   09:29 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: thedailystar.net

Saat Mary Shelley menyelesaikan buku pertamanya itu, dia hamil lagi. Empat tahun setelah buku pertamanya diterbitkan dan mencetak sukses besar, Mary kehilangan suaminya Percy Shelley yang tenggelam di teluk Spezia.

Novel Frankenstein mengisahkan tentang seorang ilmuwan yang menciptakan monster tanpa nama dari mayat manusia. Ketika pertama kali diterbitkan, novel Frankenstein menciptakan genre yang sama sekali baru: fiksi ilmiah dengan karakter abadi dan kiasan untuk menggambarkan ilmuwan gila.

Dengan latar belakang penceritaan yang suram dan gelap, hingga saat ini Frankenstein menjadi salah satu novel gothic paling populer sepanjang masa. Karena tokoh utamanya pria dan monster ciptaannya juga berjenis kelamin pria, Frankenstein dianggap sebagai novel maskulin.

Sehingga ketika diterbitkan secara anonim (pada jaman itu karya tulis dari wanita umumnya diterbitkan secara anonim), banyak orang menganggap bukan Mary yang menulisnya secara penuh. Melainkan suaminya, Percy yang paling banyak berkontribusi. Anggapan ini juga didukung oleh ditemukannya beberapa catatan Percy yang ada di edisi pertama novel tersebut.

Meski sempat goyah karena trauma pribadi (kematian anak-anak dan suaminya serta beberapa sahabat), gairah menulis Mary Shelley tidak sampai padam. Dia terus menulis dan menerbitkan empat novel lagi, cerpen, esai, biografi, dan tulisan perjalanan serta menyusun koleksi puisi almarhum suaminya.

Pada tahun 1831, Mary Shelley memutuskan untuk kembali pada hasil karyanya yang paling terkenal dan membuat edisi "koreksi"! Ini tak lepas dari banjir kritik yang ditujukan padanya bahwa bukan Mary yang menulis Frankenstein, melainkan suaminya.

Di usianya yang ke-34 saat itu, Mary Shelley adalah seorang penulis dan ibu yang mapan. Bukan lagi remaja nomaden yang menjelajah Eropa dengan suaminya yang flamboyan. Singkatnya, dia melihat berbagai hal dari sudut pandang yang berbeda.

Dia juga sudah memiliki banyak waktu untuk hidup bersama bukunya yang mencetak hits, serta mendengar pendapat semua orang tentang apa yang salah dengan novel itu, apa yang perlu diperbaiki, dan seberapa banyak bagian buku tersebut yang dianggap orang ditulis oleh suaminya.

Mary Shelley menghadapi banjir kritik itu dengan semangat dan kepribadian yang elegan. Dia tidak larut dalam kemarahan terhadap kritik yang seolah merendahkan kemampuan menulisnya.

Pertama, dia menembak kritikus yang menyangkal kepengarangannya dalam kata pengantar edisi 1831: "Awalnya saya pikir hanya beberapa halaman - sebuah kisah pendek; tetapi Percy mendesak saya untuk mengembangkan gagasan [Frankenstein] secara lebih luas. 

Saya tentu saja tidak berutang saran pada satu kejadian, atau tidak jarang satu kereta penuh perasaan, kepada suami saya. Namun hasutannya (maksudnya saran-saran dari suaminya) itu tidak akan pernah mengambil bentuk (dari buku) yang disajikan kepada dunia. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun