Beberapa kali nerima job menulis konten, selalu ada yang lupa diberikan editornya: Segmentasi Pembaca! Yah, memang sih gue udah bisa nebak segmen apa yang sedang dibidik perusahaan itu dari produk /layanannya. Tapi jika ada brief tentang segmen pembaca yang khusus, jadinya kan lebih enak waktu nulis kontennya. Yang sering itu mereka cuma ngasih pedoman ".....ditulis dalam bentuk artikel populer". Lah, emangnya gue mau nulis skripsi atau jurnal ilmiah?
Jadi, bisa dilihat sendiri perbedaan nada dan gaya tulisan berdasarkan segmentasi pembacanya. Untuk segmen anak-anak muda urban, nada tulisannya cenderung "semau gue", informal, sangat kasual dan tidak terlalu mempedulikan tata bahasa.
Untuk menemukan nada tulisan yang tepat memang tidak bisa dilakukan hanya dengan satu kali menulis. Kita harus berlatih menulis berulang kali, dalam genre yang berbeda-beda. Cobalah untuk berlatih menulis pers release, opini, pidato, esai akademik, hingga fiksi.
Selain itu, kita juga harus banyak membaca. Cobalah untuk menemukan nada tulisan dari tiap penulis yang berbeda, baik itu fiksi maupun non fiksi.
Bagi seorang penulis konten lepas, menentukan nada tulisan dalam setiap konten yang berbeda-beda itu tidak mudah. Â Rasanya seperti memiliki alter ego (kepribadian ganda) yang harus siap dimainkan dalam situasi apapun.
Tapi, jika pemain film bisa berakting dengan peran yang berbeda-beda, mengapa seorang penulis tidak bisa melakukan hal yang sama? Yang harus dilakukan adalah berlatih menulis, menulis dan terus menulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H