Contoh lain yang lebih up to date adalah nada dan bahasa kampanye politik. Nada kampanye untuk Gen Z tentu berbeda dengan untuk mereka yang Baby Boomers.
Nada tulisan dari sebuah konten juga berfungsi sebagai identitas brand. Nada unik yang digunakan oleh perusahaan yang berbeda menunjukkan kepribadian atau target pasar masing-masing. Keunikan nada konten inilah yang bisa membuat sebuah brand terlihat lebih menonjol diantara kerumunan sesamanya.
(Maaf, dari tadi membicarakan nada tulisan dan gaya tulisan, bisa diperjelas sedikit seperti apa itu?)
Ah, ya. Saking semangatnya sampai lupa memberi penjelasan terlebih dahulu. Nada (tone) sebuah tulisan mengacu pada penggunaan kata-kata oleh penulis untuk menyampaikan sikapnya terhadap suatu topik. Nada sering didefinisikan sebagai apa yang penulis rasakan tentang subjek.
Misalnya kita senang dengan sebuah program pemerintah. Kosakata yang dipakai adalah kata yang menunjukkan sikap optimis dan memuji. Atau ketika kita merasa kesal dengan sebuah pelayanan, pilihan kata yang digunakan adalah yang menunjukkan sikap marah, kecewa, gusar dan lain sebagainya.
Nada disampaikan melalui diksi (pilihan dan penggunaan kata dan frasa), sudut pandang, sintaks (tata bahasa; bagaimana kita meletakkan kata dan frasa bersama), dan tingkat formalitas. Ini adalah cara kita mengekspresikan diri  dalam tulisan.
Pada tulisan formal, nada tulisan harus jelas, ringkas, percaya diri, dan sopan. Kosakata penulisan harus terlihat canggih, tetapi tidak megah atau terlalu muluk.
Dalam menulis kreatif, nada kita lebih subjektif. Â Tetapi kita harus selalu bertujuan untuk berkomunikasi dengan jelas sesuai dengan segmentasi pembaca yang ingin dituju.
Nada (tone) berbeda dengan suara (voice). Suara dapat diartikan sebagai kepribadian dari penulis yang tersirat dalam tulisannya.
Tone = Attitude/sikap.
Voice = Personality/kepribadian