Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan featured

Kamu Yakin Butuh Resolusi Tahun Baru? Perhatikan Dulu Fakta Berikut Ini

26 Desember 2018   18:40 Diperbarui: 31 Desember 2019   11:07 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tujuan memotivasi kita dan memberikan makna bagi kehidupan kita. Digabungkan dengan niat, kita akan mendapatkan kebaikan dari kolaborasi pikiran dan hati.

Bagaimana caranya?

Kembali lagi pada pertanyaan yang saya ajukan di awal, kalau sudah menjadi niat, mengapa harus ditunda dan menunggu pergantian tahun? Mengapa tidak kita lakukan saat ini juga?

("Tapi, kalau untuk mencapai tujuan yang lebih besar kan butuh waktu dan perencanaan? Tidak bisa dilakukan secara instan dan langsung begitu saja cuma dengan merapalkan kata NIAT?")

Memang betul. Tujuan itu harus punya perencanaan. Sebuah pepatah lama mengatakan,

" Jika kamu gagal dalam perencanaan, kamu memang merencanakan untuk gagal."

Suatu tujuan itu harus spesifik, dapat dicapai, dan dapat diukur. Bagi banyak orang, tujuannya adalah angka pada skala.

Jangan terlalu ambisius dengan tujuan yang besar. Bersikaplah realistis tentang apa yang dapat kamu lakukan. Tetap sederhana namun tepat sasaran. Tujuan yang semacam ini tentunya akan dapat kita terapkan dengan sebuah niat dalam keseharian kita.

Contohnya nih, bagi yang ingin diet atau menurunkan berat badan. Alih-alih menunggu pergantian tahun, niatkan tujuan itu mulai sekarang. Buatlah program perencanaan yang realistis dan bisa dilakukan sehari-hari. Seperti: "Saya akan berhenti makan cemilan dan menggantinya dengan minum air putih setiap tiga malam sekali selama dua minggu".

Atau bagi yang punya tujuan ingin berhenti merokok. Jika itu dilakukan langsung, tentu saja sangat berat. Kamu bisa mencoba dengan perencanaan yang lebih terukur, seperti, "Saya akan mengurangi satu batang rokok dari jumlah yang biasa saya hisap setiap harinya selama seminggu."

Contoh lainnya, bagi kamu yang suka menulis. Untuk menjadi penulis yang baik, katakanlah kamu punya tujuan "One day one article". Tujuan ini masih bersifat abstrak. Satu artikel itu berapa banyak kata? Artikel yang panjang atau cukup dua paragraf saja?

Mengapa tidak langsung kamu tetapkan saja jumlah kata dalam tulisannya? "Saya ingin menulis 2000 kata setiap hari,". Ini baru lebih terencana, lebih terukur dan lebih konkrit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun