"Ray, kamu pikir aku juga tidak takut ??!? kita sudah terlanjur bayar dan kalau mencari tempat lain, uang dari mana?? Kalau pun kita harus pindah, aku harus mendapatkan uangku kembali!!!"
"Baiklah, kita harus selesaikan malam ini juga misteri Rumah Tua dan Nenek Tua itu, kamu yang sabar ya Ray... dan tak ada gunanya kita bertengkar seperti ini."
Malam hari pun tiba, ruangan depan maupun kamar di kelilingi lampu yang redup, cukup untuk menerangi sudut-sudut ruangan. Â Semuanya terlihat remang-remang, kita segera masuk kamar untuk beristirahat dan berupaya untuk melupakan peristiwa di pagi hari tadi. Â
Belum sejam berlalu , aku sudah mendapatkan Raya tertidur pulas yang berbaring se ranjang denganku.Â
Aku sengaja untuk tidak memejamkan mata terlebih dahulu untuk memastikan malam ini dalam keadaan baik-baik saja dan tidak terjadi keanehan yang mencekam maupun penampakan tidak terduga.
Sejenak aku melihat jam di ponselku menunjukkan pukul satu dini hari, tiba-tiba aku mendengar suara benda berat di seret dan terdengar semakin keras di lantai.
Srek...sreeek....sreeek!!!!
Pelan-pelan, aku mendekat ke pintu kamar dan mengintip ke luar. Tanpa isyarat apapun, terlihat sesosok nenek-nenek tua berrambut gimbal dan panjang mengenakan pakaian kebaya berjarik, sama persis dengan yang dilihat Raya tadi pagi di halaman rumah.Â
Nenek itu memeluk, membawa kayu usuk yang besar dan panjang, kayu yang sudah terlihat tua dan berrayap.
Nenek itu melangkah mendekat menuju ke kamar tempat kita tidur. Â Aku pun semakin takut, bulu kuduk ku merinding dan jantungku terasa berdegup kencang tidak karuhan.
Nenek tua itu sudah mendekat di balik pintu kamar dan mendorongnya, aku tak tinggal diam meski rasa takut menyelimuti diriku. Â Pintu kamar kembali aku dorong sekuat tenagaku hingga keringat dingin membasuhi badanku.