Memang sebelum mengambil alih kekuasaan di Gaza pada tahun 2007, Hamas secara terbuka telah mengupayakan "pelenyapan" Israel sebagai sebuah komunitas dan negara.Â
Tetapi serangan hanya dalam skala kecil. Gaza, hanyalah sebuah wilayah sempit yang telah ditutup sejak tahun 2005 oleh Israel dan Mesir karena kekhawatiran akan adanya serangan, meskipun terdapat terowongan penyelundupan untuk aksi serangan teror Hamas. Populasi Gaza 2,3 juta orang, karena adanya blokade, warga kerap menyebutnya sebagai penjara terbuka terbesar di dunia.Â
Diketahui para pemimpin Hamas, bersama dengan tokoh-tokoh senior dari faksi bersenjata Palestina lainnya seperti Jihad Islam dan Hizbullah yang berbasis di Lebanon, telah berkunjung ke Teheran beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir, dan bertemu tidak hanya dengan panglima militer dan politisi, tetapi juga dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Walaupun dibantah, para pengamat militer mengatakan kini Iran diketahui dalam aksi konfrontasi besar dalam setangan 7 Oktober berada dibelakang Hamas. Tanpa dukungan Iran, Hamas tidak akan mampu bertahan hingga kini dari gempuran Israel.Â
Serangan balasan militer Israel yang mengejar Hamas, telah menimbulkan penderitaan yang luar biasa di Gaza, yang mana kini terjadi gelombang dukungan Internasional terhadap rakyat Palestina di Gaza , termasuk Indonesia.
Sementara AS dilaporkan telah mengirim dua kapal induk untuk melindungi Israel, nampaknya mengantisipasi bila ada serangan besar lain selain dari Hamas.Â
Steven Cook, peneliti senior di Dewan Hubungan Luar Negeri AS mengatakan kepada CBS News, Hamas percaya bahwa normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab di sekitarnya serta integrasi Israel ke wilayah tersebut merupakan ancaman yang signifikan.Â
Banyak analis dan pejabat melihat pengaruh Iran dalam serangan Hamas, disebabkan karena tidak suka upaya damai Israel dengan negara- negara Arab, sepert th 2020 Israel berdamai dgn UAE.Â
Iran kini menggunakan Hamas sebagai proxy menyerang Israel untuk mengganggu upaya damai yang ada. Saat serangan dipilih oleh Iran dan Hamas dengan memanfaatkan kondisi israel yang agak melemah akibat konflik internal dalam negeri dengsn adanya reformasi yang sangat kontroversial dari sayap kanan Benjamin Netanyahu. (Chuck Freilich, Harvard)
Perombakan tersebut sangat memecah belah Israel, terjadi demo puluhan ribu warga turun kejalan, menolak ikut latihan reguler jika reformasi ditegakkan.Â
Saat pertemuan tingkat tinggi Iran dengan kelompok militan Palestina baru-baru ini, kelompok Hizbullah secara eksplisit mengatakan, "tidak pernah ada waktu yang lebih baik" untuk menyerang Israel, saat pemerintahan Netanyahu sedang fokus ke dalam, dan kini itu terjadi.Â