Penulis: Marsda Purn Prayitno W Ramelan, Pengamat Intelijen
Kasus penyanderaan pilot Susi Air, Kapten Phillips Mehrtens berkebangsaan New Zealand oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), pimpinan Eugianus Kogoya menjadi berita besar. Penyanderaan diumumkan KKB OPM usai menyabotase pesawat Susi Air di Lapangan Terbang Apro, Selasa, 7 Februari 2023. Pesawat nomor penerbangan SI-9368 itu diduga dibakar KKB usai landing pada Selasa pagi.
Setelah hampir empat bulan, pilot itu belum terbebaskan dan nampaknya pihak NZ dan Australia adem ayem karena pihak Indonesia yang akan membebaskan.
Sejak disandera, tersebar foto sang pilot sehat-sehat diantara kelompok bersenjata itu, tidak seperti yang sedang disandera. Dari unsur informasi intelijen Siabidibame, kita bertanya Mengapa?
Inilah UUK yg harus dijawab oleh intelijen. Apakah benar dia disandera atau ada kepentingan lain dibalik itu, sehingga Mehrtens aman-aman saja. Kini lebih menarik, karena pihak KKB mencoba mengaitkan masalah ini ke PBB.
Pertemuan antara Dewan Gereja dan Uskup Keuskupan Jayapura bersama Kapolda Papua yang membahas, antara lain "perlunya menarik kembali semua anggota non organik dari daerah konflik sebagai langkah jeda kemanusiaan," kata Koordinator Sekretariat Keadilan dan Kebenaran Keuskupan Jayapura, Pastor John Bunay," mengutip Tempo, Jumat, 12 Mei 2023.
Menanggapi pertemuan antara Dewan Gereja Papua dan Kapolda Papua minggu kedua Mei, Ketua Organisasi Papua Merdeka (OPM) Jeffrey Bomanak mengatakan OPM hanya mengakui pembebasan Kapten Phillips dilakukan melalui negosiasi internasional. Pihak TNI menolak keinginan tersebut.
Korban di Pihak TNI Dalam upaya Pembebasan
Beberapa kali upaya pihak TNI dan Polri berupaya membebaskan Mehrtens, tetapi mengalami kegagalan, dan justru jatuh korban di pihak anggota elit TNI.
Proses pembebasan yang terakhir kembali memakan korban. Terdapat tiga anggota TNI dinyatakan gugur dalam kontak senjata antara Satgas Ops Paro 2023 gabungan dari personil Chandrasa dan Tricakti dengan Kelompok Separatis Teroris Papua (KSTP) Ndugama di dua lokasi yang berbeda.