Ketangguhan Seorang JokowiÂ
Dalam dua setengah tahun terakhir apa sukses besar kepemimpinan nasional Indonesia? Kita menghadapi lawan yang sangat berat, tidak kasat mata virus SARS-CoV-2 menjadi pandemi, yang memunculkan penyakit Covid-19.Â
Pada awalnya kita jatuh bangun karena penyebaran sulit dibendung, ada yang pesimis Indonesia akan seperti Brasil atau Mexico.Â
Tidak terbayangkan negara-negara besar juga hancur-hancuran. AS, Inggris, Perancis, Jerman, Spanyol, India, Brasil, Mexico dan banyak lagi lainnya diserang virus ganas dan cerdas itu.Â
Virus memanfaatkan perilaku manusia yang sulit berubah dari kondisi nyaman. Melawannya harus bermasker, cuci tangan, tidak berkerumun, jaga imunitas, butuh disiplin, hal yang di Indonesia tidak biasa dilakukan.Â
Presiden Jokowi langsung mengambil action, membuat penerapan untuk melawan covid-19. Anggaran lain banyak digeser untuk melawan covid. Aturan dibuat ketat dengan PSBB, PPKM.Â
Dilakukan tracing, tracking, isolasi, isoman, karantina dll. Bukan hal mudah dengan kondisi masyarakat yang tidak faham tentang pandemi. Masyarakat diajak prihatin dalam kehidupan, perekonomian, semua menderita kecuali kakerlak yang nekat korupsi, memanfaatkan kondisi yang sulit.Â
Strategi Jokowi menyerang virus Covid dengan vaksin, entah dari mana asal vaksin, intinya rakyat harus di vaksin. Ini titik lemah virus, Ciptakan anti body masyarakat.Â
Nah, tanpa banyak ribut, dengan resiko yang diperhitungkan, walau perekonomian terganggu kini pandemi jauh lebih terkendali. Seperti yang pernah penulis utarakan, kita menang bila medan tempur utama kita menangkan Jawa Bali.Â
Presiden memainkan kartu Luhut memimpin pertempuran di pulau Jawa Bali. Penulis pernah menyarankan kuasai dan tekan covid19 di ibukota sebagai barometer Indonesia. Kita lihat kini penularan di ibukota jumlahnya dibawah atau sekitar angka seratus.Â
Penularan di Indonesia turun drastis, rumah sakit mulai kosong, wisma atlit makin sedikit yang diisolasi. PPKM mulai diturunksn levelnya, perekonomian rakyat mulai hidup, pasar, mall mulsi bergairah.Â