Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pulau Jawa Harus jadi Pusat Penyelenggaraan Vaksinasi

18 Januari 2021   21:31 Diperbarui: 18 Januari 2021   22:25 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi vaksin covid-19. (sumber: Shutterstock/Delook Creative via kompas.com)

Penduduk Jakarta Heterogen, mayoritas pendatang, di kota yang padat ini, persaingan hidup semakin berat, terdiri dari kelompok elit, middle class dan grass root. Penduduk cenderung individualistis, terutama di kelompok middle class dan elite. 

Karena Jakarta adalah kota impian untuk mencari nafkah bagi pendatang, maka ikatan batiniah ke daerah asalnya masih sangat erat, terutama yang menyangkut tradisi. 

Sebagai contoh, kendati libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) dipangkas oleh pemerintah, tetapi tetap terjadi eksodus yang besar keluar dari Jakarta. Tercatat sebanyak 483.072 kendaraan, pergi meninggalkan Jakarta sejak 23 Desember 2020 hingga 25 desember 2020. 

Jumlah tersebut merupakan kumulatif arus lalu lintas dari empat Gerbang Tol (GT) utama, yakni Cikupa, Ciawi, Cikampek Utama, dan Kalihurip Utama. 

Dibandingkan kondisi lalu lintas normal, volume kendaraan saat libur Natal naik 17,4 persen. Menurut PT Jasa Marga jumlah volume kendaran saat arus libur Natal di tengah pandemi meningkat dibandingkan periode yang sama pada 2019. 

Analisis dan Saran Way Out 

Apa sebenarnya yang bisa dipetik dari data-data tersebut diatas? Menurut persepsi intelijen dalam berperang, kita harus mampu mengukur kekuatan, kemampuan dan kerawanan baik lawan maupun pihak sendiri. Kekuatan menyangkut jumlah, artinya kita harus mengukur jumlah covid, memang sulit, yang diukur pesebarannya.

Sebagai contoh, ada analisis yg membandingkan rasio yg terkonfirmasi positif dengan jumlah penduduk. Diterakan pada 13 Desember 2020, bahwa satu diantara 75 penduduk DKI terpapar, yang mengkhawatirkan pada 15 Januari 2021, satu diantara 50 penduduk tertular. Ini berarti kekuatan penetrasi covid besar (semakin banyak menulari). 

Bagaimana kekuatan pihak kita, ini tergantung dengan perilaku, imunitas dan sistem kesehatan. Pemerintah dengan wewenangnya terus berusaha menekan kasus. 

Menerapkan PSBB, meningkatkan sistem kesehatan, bansos, pemberian sanksi dan larangan kerumunan, pembatasan tempat hiburan. Upaya terbaik pemerintah, sejak 13 Januari 2021 dimulai suntikan perdana vaksin kepada Presiden Jokowi, dan dilanjutkan vaksinasi nasional. Pemerintah punya kekuatan dana menggratiskan vaksin. 

Dari sisi kemampuan, covid mampu menulari siapapun yg bisa dia tulari melalui manusia yang sudah mereka penetrasi. Sementara kemampuan kita baru tahap penerapan protkes, 3M, penyiapan ICU, dan rumah sakit serta tempat isolasi mandiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun