Besar? Tidak juga sebenarnya. Karena jika dibandingkan dengan rumah komersil, biaya ini hanya sepertiganya saja. Bayangkan dengan uang 30 juta, Anda bisa mulai mencicil rumah dengan cicilan sekitar 900 ribu selama 20 tahun. Lumayan terjangkau bukan?
Setelah beberapa kali survei ke banyak lokasi, saya putuskan untuk membeli rumah subsidi di Parung Panjang ini. Pertimbangannya adalah lokasinya yang tidak begitu jauh dari stasiun, sumber air yang memadai, lokasi yang potensial dan rumah yang ready stock. Empat pertimbangan utama saya membuat saya yakin untuk mengambil rumah di daerah ini.
--
Setelah deal, saya mulai mencicil uang pembayaran pertama tadi yang jumlahnya sekitar 30 juta. Banyak teman saya bertanya-tanya dari mana dapat uang segini hanya dengan kurun waktu bekerja sekitar 2 tahunan. Tidak sedikit juga yang menganggap bahwa uang tersebut saya dapatkan dari orang tua.
Tidak, tidak. Ini adalah rumah pertama saya dan saya tidak ingin melibatkan orang tua dalam hal apapun. Apalagi masalah biaya. Kenapa? Karena buat saya, ini adalah bagian dari harga diri. Punya rumah sendiri tanpa bantuan orang tua adalah sebuah kebanggaan sendiri. Maaf ya bukan saya sombong, tapi ini masalahnya soal pride. :(
Lantas dari mana saya dapat uang 30 juta itu? Pinjam uang? Tidak juga. Sejak awal lulus (bahkan sebelum lulus) saya sudah punya side-job. Apapun saya lakukan untuk mendapat uang tambahan dengan jalan yang halal tentunya.Â
Kadang saya mendapat project SEO dan SEM, kadang jadighost writer, bahkan saya narik ojek onlinejuga di sela-sela kerjaan. Apapun itu, asal halal. Ya gak? Maka dalam waktu 2 tahun terkumpulah uang yang bisa menutupi pembiayaan awal rumah tersebut.
Akhirnya setelah beberapa bulan dan proses akad, rumah mungil ukuran 30/60 itu resmi mulai saya cicil. Saat ini belum saya tempati memang karena masih harus ada renovasi di bagian dapur. Hehe.
Keluarga dan teman-teman sering bertanya, "Kenapa sih ngotot pengen beli rumah. Padahal kan bisa setelah nikah, apalagi rumahnya daerah terpencil gitu?"
Kalau ditanya seperti ini saya sering bingung jawab apa. Hahaha. Saya sih bodo amat dengan ejekan "rumah di pinggiran" atau "rumah terpencil" atau "rumah kurcaci" (karena ukurannya yang mungil), persetan, yang penting saya sudah memenuhi target saya yakni memiliki rumah sendiri. Meski sedikit meleset karena usia saya hamper 26 saat ini.
Rumah adalah benda yang layak untuk dijadikan investasi. Semakin lama, harganya semakin naik dan memilikinya lebih cepat, lebih baik bukan?