Bukannya mati, ia malah terus mengikutikuÂ
dan semakin menjadi-jadi.Â
Seribu kali aku melawan pun rasanya percuma,Â
bahkan untuk merintih mendamba iba saja aku tak bisa.Â
Ia selalu menyalak, aku jelas kalah telak, aku pasti terkoyak.Â
-oo-
Saat saya menulis ulasan ini, Yolanda masih seorang siswi SMA yang memiliki atensi terhadap karya sastra. Mungkin puisi yang ia tulis masih bisa kita hitung dengan jemari yang ada pada tubuh kita. Sehingga, kepekaan penulis terhadap kata-kata dan makna masih terbatas. Namun, apalah artinya tata bahasa baku jika hanya mengurung dan membatasi gerak kata-kata untuk mengungkapkan perasaan? Sutarji Calzoum Bachri, Sang Presiden Penyair Indonesia dalam Majalah Horison No.12 Th. IX, Desember 1974, halaman 361 mengatakan bahwa "Kata-kata bukanlah alat mengantarkan pengertian. Dia bukanlah seperti pipa yang menyalurkan air. Kata-kata adalah pengertian itu sendiri. Dia bebas. Kalau diumpamakan dengan kursi, kata adalah kursi itu sendiri dan bukan alat untuk duduk. Kalau diumpamakan dengan pisau, dia adalah pisau itu sendiri dan bukan alat untuk memotong atau menikam. Dalam keseharian kata cenderung dipergunakan sebagai alat untuk menyampaikan pengertian. Dianggap sebagai pesuruh untuk menyampaikan pengertian. Dan dilupakan kedudukannya yang merdeka sebagai pengertian. Kata-kata haruslah bebas dari penjajahan pengertian, dari beban ide. Kata-kata harus bebas menentukan dirinya sendiri."
Namun bagi Yolanda, di usianya yang masih memiliki waktu banyak untuk fokus belajar dan mencari pemahaman, ia mesti mencari posisi jati dirinya dalam karya sastra, khususnya puisi. Yolanda masih haruslah diasah. Ibarat sebuah logam mulia yang belum kita tahu jenisnya, jika diasah dengan baik maka akan terlihat dengan jelas jenisnya. Apakah ia emas? Perak? Paladium? Ataukah hanya besi biasa?
Referensi:Â
Karauwan, Matthew Zico. (2020). Refleksi Kecemasan dalam Final Destination 3 Karya James Wong. Manado: Universitas Sam Ratulangi
http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Kredo_Puisi | Ensiklopedia Sastra Indonesia - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. [daring]