Contoh: “Adek bantu isi tempat air minum Si Owy tiap hari ya (kucingnya), karena Owy butuh minum supaya sehat. Owy tidak bisa bilang kalau haus, juga tidak bisa ambil sendiri, harus kita yang bantu”
Apa yang harus dilakukan jika anak terus berbohong?
1. Berikan perhatian
Cukup sering orangtua yang bekerja mengucapkan kata “Waktu untuk anak bagi saya yang penting adalah kualitas, bukan kuantitas”
Namun coba lihat dengan jujur, benarkah waktu yang sudah sedikit itu benar-benar berkualitas? Benarkah kita fokus memberikan perhatian dan mendengarkan ceritanya? Mencari tahu apa yang dia ingin dan butuhkan?
Ketika anak masih kecil, perhatian orangtua adalah hal yang paling diinginkannya. Ini yang akan terus mengikat anak untuk terus dekat dengan orangtua saat tumbuh dewasa nanti.
2. Perbaiki pola asuh
Cara mendisiplinkan anak yang berlebihan, menghukum anak dengan keras, lebih sering membawa efek negatif dari pada manfaat positif.
Gantilah hukuman dengan mengajarkan anak konsekuensi. Tunjukkan bahwa melakukan kesalahan wajar, yang terpenting adalah mengakui dan berusaha memperbaikinya.
Ketika kakak menumpahkan gelas minum, segera ajak dia mengambil kain lap. Ajak membersihkan tumpahan, sambil berpesan untuk berhati-hati.
Di sekolah, kami juga menerapkan pola konsekuensi saat mendidik murid. Jika ada yang lupa mengerjakan PR, anak tidak disuruh berdiri di depan kelas, namun sepulang sekolah konsekuensinya dia harus menyelesaikan PR tersebut. Saat anak lain bisa segera pulang, dia masih harus duduk dikelas mengerjakan apa yang belum dia selesaikan.
Orangtua perlu menanamkan keyakinan pada diri anak, sikap jujurnya saat mengakui kesalahan tidak akan menempatkan dirinya pada bahaya. Masalah pasti dapat diselesaikan.
3. Jadilah contoh yang baik
Anak belajar dari mengamati. Sejak bayi, mereka sudah pandai mengamati gerak-gerik orang disekitarnya. Tahap selanjutnya adalah meniru, hasil pengamatan akan diingat dan ditiru oleh anak.
Ketika kita ingin anak menghargai kejujuran, maka kita perlu menunjukkan kepada anak makna jujur. Tanpa disadari, sikap orangtua yang mencari jalan pintas dalam menyelesaikan masalah mengajarkan kepada anak bahwa menghalalkan segala cara tidak apa.