Anak yang kreatif memiliki imajinasi yang tinggi. Saat bercerita, ia tanpa sadar memasukkan imajinasinya/tall tales. Selintas jadinya ini seperti dia berbohong.
Seiring perkembangan bahasa, anak usia tiga tahun mulai suka bercerita dan bermain pura-pura. Ia merasakan serunya menggunakan kosa kata yang baru dikuasainya, terkadang tanpa benar-benar paham artinya.
Berpura-pura bisa membaca adalah contoh salah satu imajinasi anak yang kerap dapat kita lihat ketika anak usia tiga tahun memegang buku.
Mencampur antara imajinasi dan kenyataan saat bercerita, adalah hal yang sangat wajar ketika anak masih dini usianya (rentang tiga sampai lima tahun), namun tetap orangtua perlu meluruskan, sehingga anak tahu bahwa apa yang diceritakan perlu ada dasar dan kronologinya.
Misal: “Tadi Adek pergi ke rumah kakek, Adek lihat angsa besarrrr, sebesar lemari”
Jangan langsung berkata “Adek bohong” ini akan menyurutkan keinginannya bercerita.
Tanggapi dengan “Oh ya? Takut tidak lihat angsa besar selemari, makannya pasti banyak. Kandang angsanya sebesar apa? Apa muat di kandang kalau besar angsanya selemari?” Obrolan ini mengajak anak berpikir.
Bisa kita lanjutkan dengan,"Coba adek ingat-ingat, seginikah besarnya?” (sambil kita ajak dia merentangkan tangan memperagakan besar angsa yang dilihatnya).
Dengan cara ini kita membimbing anak untuk belajar memberikan informasi yang benar.
4. Tidak mau menjalankan tugas
Tugas dan kewajiban, sudah pasti bukan hal yang menyenangkan, bahkan buat orang dewasa sekalipun, apa lagi bagi anak-anak.
Untuk menghindari tugas, anak bisa saja berbohong. Maka dari itu, anak perlu diberikan pemahaman mengapa sebuah tugas dan kewajiban harus dia kerjakan. Jelaskan apa tujuannya. Jika sudah paham, anak akan lebih berlega hati menjalankannya.