Mohon tunggu...
Prajna Dewi
Prajna Dewi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Humaniora, parenting, edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menyetop Si Preman Cilik

3 Juni 2022   05:30 Diperbarui: 19 Juni 2024   02:06 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Momen bermain drama ini adalah momen yang tepat untuk anak melatih cara berkomunikasi yang tepat dan belajar cara bernegosiasi saat mengalami penolakan. Karena saat bermain, anak cepat menyerap informasi yang disampaikan kepadanya.

3. Kesepakatan Keluarga Dan Konsistensi

Orang tua, pengasuh, termasuk kakek nenek dan semua yang terlibat dalam pengasuhan harus sepakat dan memiliki satu pandangan bahwa kebiasaan anak mengancam harus diubah.

Tunjukkan kepada anak bahwa tidak ada orang yang mendukung perilaku mengancam ketika mau mendapatkan sesuatu.

Bahkan jika anak mulai menangis sampai muntah, biarkan saja, toh muntah tidak akan berakibat fatal. Kecuali ketika anak akan melakukan tindakan berbahaya, perlu segera dipeluk untuk menyetop tindakannya tersebut. Namun ingat, tetap tidak memberikan apa yang dia mau.

Karena sekali anak menemukan bahwa tindakannya yang menekan orang tua akan  membuahkan hasil, maka tindakan itu akan dia teruskan bahkan hingga dewasa.

4. Apresiasi

Berikan pujian dan apresiasi jika anak menunjukkan sikap yang baik saat permintaannya ditolak. 

Pelukan dan pujian seperti "Adek pintar ya, tahu bahwa sekarang sedang pilek dan tidak boleh makan es krim". "Kalau sudah sembuh, ingatkan Mama untuk belikan es krim ya."

Atau "Mama dengar dari Ibu guru Adek sekarang baik ke teman-teman,  Mama senang sekali anak Mama baik." 

Dengan mengapresiasi sikapnya yang baik, anak akan termotivasi untuk meneruskan perilaku positifnya karena dia tahu orang tuanya memperhatikan sikap positifnya dan menghargainya.

Mengubah kebiasaan mengancam pada anak memang tidak mudah, namun bukan hal mustahil. Lebih baik mengeluarkan upaya lebih sekarang daripada perilaku mengancam ini terus melekat pada anak dan melekat menjadi kebiasaan buruk yang akan membuatnya susah suatu hari nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun