Anak yang kurang perhatian dari orang tua, juga dapat tumbuh menjadi anak yang temperamental, mudah marah jika permintaannya ditolak dan lalu mengancam.
Anak yang kurang perhatian juga berusaha mencari-cari perhatian supaya dianggap ada. Seeking of attention, adalah salah satu faktor pencetus perilaku mengancam.Â
Contoh Mama yang terlalu memperhatikan adik, tentunya membuat kakaknya jadi cemburu karena merasa diabaikan. Maka ketika terjadi sedikit saja perselisihan, dia akan mudah mengancam adiknya, ketika adiknya menangis, setidaknya dia jadi perhatian mamanya saat itu.
Karena dimarahi masih jauh lebih baik daripada dianggap tidak ada.
Disisi lain, orang tua yang terlalu memanjakan anak juga tanpa sadar menjadi pendorong perilaku mengancam. Mereka merasa lucu dan tertawa saat melihat anaknya mengeluarkan ancaman ke pihak lain.Â
Menceritakan dengan bangga ke orang lain bahwa anaknya jagoan. Â Maka anak yang membutuhkan perhatian akan termotivasi untuk meneruskan perilaku bak premannya karena tahu orang tuanya memperhatikan dan bangga karenanya.
Jika Sudah Terlanjur Terbentuk Kebiasaan Mengancam Pada Anak, Apa Yang Harus Dilakukan?
1. Jelaskan Ke Anak Bahwa Mengancam  Melakukan Tindakan Kekerasan Adalah Hal Serius
Sampaikan bahwa semua tempat, termasuk sekolah ada aturan yang berlaku. Mengancam, apalagi sampai memukul pasti dikategorikan sebagai pelanggaran peraturan yang bisa membuat anak mendapat hukuman dari pihak sekolah.
Bacakan bunyi tata -tertib peraturan di sekolah terkait tindak kekerasan yang dilakukan.
Bila perlu dapat disampaikan pada anak, bahwa perilaku mengancam dan memukul, jika terus dilakukan sampai dewasa, dapat disebut sebagai tindak pidana, yang berakibat pelaku bisa masuk penjara. Tunjukkan berita-berita pelaku ancaman dan tindak kekerasan yang harus mempertanggung-jawabkan perbuatan mereka ke ranah hukum.
2. Ajarkan Komunikasi Dan Negosiasi
Anak mengancam karena sudah kehabisan cara untuk mendapatkan apa yang dia mau. Ajarkan mereka menyampaikan apa keinginannya dengan bahasa yang baik.
Bila perlu lakukan simulasi/bermain drama bersama anak bertema meminjam barang, meminta dibelikan sesuatu, atau apapun itu yang kita ketahui merupakan kejadian dimana anak sering mengancam.