Kejadian-kejadian yang memuat ancaman seperti contoh di atas akan mereka rekam, dan keluar menjadi perilaku jika bertemu dengan kondisi yang pas.
2. Anak Kerap Mendapatkan Ancaman
Sedihnya, tanpa disadari, orang tua atau pengasuh kerap mengancam anak jika tidak mengikuti apa yang diminta. Seperti “Loh, ini kok mainannya tidak dibereskan, Mama buang ya !”
Bahkan ancaman sudah dilakukan secara prematur, sebelum anak mengulangi kesalahannya, seperti kalimat yang diucapkan oleh sahabat saya di atas, “Awas kalau sampe Mommy dipanggil lagi, kamu tinggal aja di sekolah, gak usah pulang ke rumah, bikin malu !”
Siapa coba yang lebih preman?
Terkadang ancaman orang tua/pengasuhnya lebih ngawur lagi, kenapa ngawur? Karena sama sekali tidak berhubungan.
Contohnya ketika anak tidak mau mandi sore, Mama langsung berteriak, “ Mbak !!!, panggilin Pak polisi, ini Adek gak mau mandiii..”
Apa coba hubungannya polisi dengan anak yang tidak mau mandi.
3. Anak Merasa Superior
Anak dapat melakukan ancaman kepada teman sebaya, saudara, bahkan kepada orang tuanya sendiri karena tahu bahwa dia punya kekuatan.
Mengancam teman sebaya karena tahu bahwa badannya lebih besar, teman-temannya atau saudaranya yang lebih kecil takut menolak permintaannya kalau dia sudah memaksa apalagi mengancam.
Anak juga bisa mengancam orang tuanya ketika dia tahu bahwa dia unggul secara posisi karena keadaan/statusnya. Contohnya anak yang sudah ditunggu lama, atau anak yang sakit-sakitan, atau anak yang merupakan cucu kesayangan kakek neneknya.
Jika permintaannya tidak dituruti, dia akan mudah mengancam, memaksa sampai keinginannya terpenuhi. Mulai dari menangis, pura-pura batuk sampai mau muntah, bahkan menjatuhkan diri dan membenturkan kepala.