Mohon tunggu...
Pradipta riris
Pradipta riris Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hello! Saya Pradipta Riris Handayani mahasiswa dari D3 Keperawatan Universitas Airlangga (Akreditasi A) yang lahir di Malang pada 30November 2001. Ditengah kesibukkan saya sebagai mahasiswa, saya suka sekali membaca berita terkini dan menulis apa yang sedang saya pikirkan. Itu saja perkenalan diri saya, have a nice day everyone and stay safe.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Arsitektur dan Relief Candi Jago

14 Juni 2022   11:40 Diperbarui: 14 Juni 2022   11:57 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sejarah budayanya, hal ini disebabkan karena sebelumnya bentuk negara Indonesia adalah berupa kerajaan. Selama perkembangannya kerajan-kerajaan tersebut menghasilkan peninggalan-peninggalan yang dapat dijadikan sumber sejarah. Di Jawa Timur sendiri terdapat banyak kerajaan bercorak Hindu-Budha, salah satunya yaitu Kerajaan Singhasari. 

Kerajaan Singhasari merupakan salah satu kerajaan yang ada di Jawa Timur. Lokasi Kerajaan ini diperkirakan berada di daerah Singosari, Kabupaten Malang. Kerajaan Singhasari memiliki peninggalan kebudayaan, seperti prasasti, arca, hingga candi. Candi merupakan suatu contoh bangunan yang menyatukan antara kesenian, kesustraan, dan kepercayaan agama (Purwanto, 2005). 

Aspek kesenian dapat dilihat pada struktur, pahatan dan patung-patung dalam candi tersebut. Sedangkan aspek kesustraan dapat dilihat dalam cerita yang ada pada relief dan terdapat pengaruh agama serta alasan dari bangunan candi tersebut dibuat. Terdapat beberapa alasan terhadap dibangunnya candi. Yang pertama candi merupakan suatu bangunan suci untuk pemujaan kepada dewa. Selanjutnya candi digunakan sebagai tempat pendharmaan bagi raja atau keluarga kerajaan.

Adapun candi peninggalan Kerajaan Singhasari salah satunya yaitu Candi Jago. Candi Jago atau Jajaghu terletak di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Candi Jago merupakan salah satu peninggalan yang unik dikarenakan candi ini termasuk dalam gaya arsitektur muda dalam bentuk model candi berundak teras (Deny Yudo W & Slamet Sujud Purnawan J, 2014). Candi Jago dibangun sebagai tempat pendharmaan bagi raja ke-4 Singhasari yakni Raja Wisnuwardhana. Candi Jago dibuat oleh penerus Raja Wisnuwardhana yaitu Raja Kertanegara setelah upacara sraddha atau tepatnya setelah peringatan 12 tahun meninggalnya Wisnuwardhana, dan pernah direnovasi pada masa pemerintahan Tribhuanatunggadewi masa majapahit oleh Adityawarman (Deny Yudo W & Slamet Sujud Purnawan J, 2014).

Tujuan dari penulisan artikel ini yaitu untuk mengetahui relief dan arsitektur Candi Jago yang mana merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Singhasari, dengan berbekal literatur serta penelitian-penelitian sebelumnya mengenai topik permasalahan. Hasil dari tulisan ini yaitu terdapat beberapa relief yang ada baik kaki candi dan juga pada badan Candi Jago, diantaranya yaitu relief cerita Khresnayana, Anglimgdharma, Arjunawiwaha, Kunjarakharna, Parthayana, Ari Darma, serta cerita tentang hewan atau fabel yang mana mengandung makna. Untuk dapat mengikuti alur cerita dalam relief Candi Jago kita dapat berjalan mengelilingi candi searah jarum jam (pradaksiana).

Kerajaan Singhasari

Kerajaan Singhasari merupakan salah satu kerajaan yang terletak di Jawa Timur. Kerajaan Singhasari berdiri pada tahun 1222 M, oleh Ken Angrok yang sekaligus menjadikannya sebagai seorang raja pertama dengan gelar Sri Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi. Dibawah kekuasaannya, wilayah penyebaran Kerajaan Singhasari mencapai Sunda, Bali, sebagian Kalimantan, dan sebagian Sumatera.

Berdirinya kerajaan Singhasari diawali dari kisah pendirinya yang tidak lain yaitu Ken Angrok. Ken Angrok merupakan seorang rakyat biasa yang kemudian diangkat sebagai seorang pengawal Akuwu Tumapel Bernama Tunggul Ametung. Saat itu, Tumapel merupakan bagian wilayah dari Kerajaan Kadiri. Ken Angrok yang saat itu menjabat sebagai pengawal Akuwu Tumapel, terpesona dengan istri Akuwu Tumapel tersebut yang Bernama Ken Dedes. Ken Angrok berhasil memperistri Ken Dedes setelah membunuh Akuwu Tumapel Tunggul Ametung.

Tunggul Ametung dibunuh dengan menggunakan keris yang dipesan Ken Angrok di Mpu Gandring. Sebelumnya, Ken Angrok membunuh Mpu Gandring karena telah melarang untuk mengambil keris tersebut karena sebenarnya keris tersebut masih belum sempurna pembuatannya. Sebelum tewas Mpu Gandring bersumpah bahwa keris buatannya tersebut akan membunuh tujuh keturunan Raja Tumapel. Dengan dibunuhnya Tunggul Ametung menjadikan Ken Angrok sebagai penguasa Tumapel.

Pada saat itu di Kerajaan Kadiri sedang terjadi pemberontakan Kaum Brahmana, dimana mereka merasa terjebak dan terbelenggu oleh kekuasaan Raja Kertajaya. Hal ini menyebabkan Kaum Brahmana harus pindah ke Tumapel untuk meminta bantuan kepada Ken Angrok yang kemudian disetujui oleh Ken Angrok. Kemudian terjadilah perang antara Kerajaan Kadiri dan Tumapel. Perang tersebut dimenangkan oleh Kerajaan Tumapel. 

Dalam Negarakertagama, dijelaskan bahwasannya Kerajaan Tumapel didrikan pada tahun 1254 M, dengan raja pertama Bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra. Dalam Pararaton dijelaskan bahwa nama kecil dari Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra merupakan Ken Angrok. Sementara itu, dalam prasasti Mula Malurung menjelaskan bahwa pendiri Tumapel adalah Bhatara Siwa. Bhatara Siwa merupakan sebuah gelar Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra. Hal ini dibuktikan dalam kitab Negarakertagama yang mana dijelaskan bahwa arwah pendiri Tumapel dipuja sebagai Siwa.

Singhasari merupakan sebuah nama ibu kota, akan tetapi nama Singhasari inilah yang kemudian lebih dikenal daripada nama Tumapel. Oleh karena itu Kerajaan tumapel dikenal juga sebagai Kerajaan Singhasari.Adapun corak agama dan kepercayaan Kerajaan Singhasari ini yakni Hindu-Budha. Awalnya, saat Ken Angrok sebagai penguasa corak agama dan kepercayaannya adalah Hindu, namun pada masa Raja Kertanegara corak keagamaan mulai adanya percampuran antara Hindu dan Budha.

Kerajaan Singhasari mengalami puncak kejayaan pada masa Raja Kartanegara. Raja Kartanegara ini memimpin dengan sangat Tegan dan bijaksana. Untuk mengemangkan kerajaan Singhasari Kertanegara menjalin hubungan baik dengan kerajaan lainnya. Dengan dibawah pimpinannya mampu menjadikan Sriwijaya sebagai Kerajaan yang kuat khususnya dalam hal perdangan dan juga militer, sehingga saat itu wilayah Singhasari sangat luas.

Pemeritahan Kertanegara membawa Kerajaan Singhasari dalam kejayaan sekaligus keruntuhan. Kerajaan Singhasari runtuh karena adanya suatu pemberontakan kerajaan bawahannya. Pemberontakan ini tidak dapat dibendung sehingga menyebabkan runtuhnya Kerajaan Singhasari.

Kereajaan Singhasari memberikan banyak sekali peninggalan budaya seperti patung, candi, dan juga candi. Adapun peninggalan kerajaan Singhasari antara lain meliputi Candi Singhasari, Candi kidal, Candi Jago, Candi Sumberawan, Candi Jawi, Prasasti Singhasari, Patung Ken Dedes, Patung Kertanegara dan masih banyak lainnya.

 Sejarah dan Arsitektur Candi Jago

Menurut kitab Pararaton dan Negarakertagama, disebutkan bahwasannya Candi Jago dibangun atas perintah dari Raja Kertanegara yang tujuannya sebagai tempat pendharmaan bagi raja ke-4 Singhasari yakni WIsnuwardhana yang merupakan ayahnya. Pembangunan candi ini berlangsung sejak 1268 M sampai 1280 M. Disebutkan dalam kedua kitab tersebut bahwa Candi Jago sering dikunjungi oleh Raja ke-4 Majapahit Hayam Wuruk.

Dalam pembangunan Candi Jago sudah menggalami beberapa renofasi atau perbaikan. Karena terdapat kebiasaan para raja-raja terdahulu untuk memperbaiki bangunan candi yang didirikan oleh raja sebelumnya. Dalam hal ini Candi Jago menggalami perbaikan pada tahun 1343 M atas perintah Adityawarman. Candi Jado pertama kali diperkenalkan oleh Stamford Raffles dalam bukunya yang berjudul History of Java (1917). Nama siapa yang pertama menemukan candi ini hingga kini masih belum diketahui. Sebelumya

Gaya dan arsitektur yang dimiliki Candi Jago disusun seperti punden berundak sehingga menyerupai gunung Mahameru. Bangunan candi terlihat sudah tidak utuh lagi, hanya menyisakan bagian kaki dan Sebagian badan candi hal ini yang menambah keunikan dari candi ini. Atap dari Candi Jago sudah tidak berbentuk lagi, menurut cerita warga setempat dikarenakan tersambar oleh petir.

Gaya Candi Jago ini termasuk kedalam gaya candi Majapahit, karena beberapa candi peninggalan Majapahit mirip dengan gaya dan arsitektur Candi Jago. Adapun ciri-ciri dari candi peninggalan Majapahit menurut Santiko (1995) yaitu: (1) bagian kaki candi berundak teras tiga yang dihubungkan dengan tangga, salah satu bagian dari tubuh candi tidak dapat dijumpai dikarenakan terbuat dari bahan yang tidak permanen dan mudah rusak, (2) bingkai dasar dan tegak berhias motif geometri, flora dan fauna, dan berbagai motif jambangan, (3) sumber dari relief ceritanya adalah kakawin dan kidung bertema kelepasan, (4) bangunan berbentuk persegi panjang dengan pola memanjang ke belakang dengan induk candi dibagian belakang.

Relief Candi Jago

Candi Jago adalah candi dengan keragaman relief yang kaya, hanya sedikit candi yang memiliki keragaman relief. Biasanya dalam satu tubuh candi hanya terdapat satu atau dua relief saja. Pada dinding luar candi terdapat relief yang menceritakan kisah Khresnayana, Kunjarakharna, Anglingdharma, serta cerita tentang hewan-hewan. Pada bagian barat laut atau tepatnay sisi kiri terdapat cerita tentang kura-kura dan serigala. Pada bagian timur laut terdapat cerita Buddha. Pada bagian teras ketiga terdapat cerita tentang Arjunawiwaha.

Relief Kunjarakarna

Relief cerita Kunjarakarna diawali dengan kedatangan Kunjarakarna kepada Wirocana, ia menjelaskan kedatangannya. Kunjarakarna adalah seorang yaksa dan berniat untuk mendapat kekuasaan untuk mengubah bentuk yaksanya. Setelah itu Wairocana menyuruh Kunjarakarna untuk ke neraka agar tau hukuman bagi orang yang tidak menggikuti ajaran Buddha. Di neraka digambarkan pohon dengan daun-daun pisau belati, dan rumput pedang atau kawah yang berkepala sapi yang Bernama Gomuka atau kawah neraka. Saat di neraka Kunjarakarna menuju ke tempat Purnawijaya karena saat itu Purnawijaya sedang di neraka karena tidak mengikuti ajaran Buddha.

Sebagai hukumannya purnawijaya disuruh untuk masuk dalam neraka selama 9 hari. Setelah itu Purnawijaya pulang dan bertemu istrinya pada hari ke 10. Dalam ceritanya Purnawijaya menyuruh Gandharwa yang merupakan orang suruhannya untuk pulang ke surga Widyadhara karena ia dan istrinya akan pergi ke Gunung Semeru untuk menjalani kehidupannya tentang pelajaran ajaran Buddha.

Relief Arjunawiwaha

Relief Arjunawiwaha menceritakan tentang kekalahan Pandawa di meja judi yang disebabkan oleh kelicikan Sangkuni. Akibat dari kekalahannya mereka harus hidup sebagai orang biasa di hutan selama 12 tahun lamanya, dan kerajaan pun dikuasai oleh Kurawa. Saat berada dalam pengasingan Arjuna Wiwaha memohon kepada Dewa Siwa agar dirinya diberikan sebuah senjata yang nantinya dapat mengalahkan Kurawa. Kemudian Dewa Siwa mengabulkan permohonannya dengan beberapa persyaratan.

Adapun persyaratan yang diminta oleh Dewa Siwa yaitu Arjuna harus mampu mengfalahkan raksasa bernama Niwatakaca. Kemudian Arjuna berhasil untuk mengalahkan Raksasa Niwarakaca tersebut. Maka Arjuna mendapatkan senjata panah sakti pasopati dan kemudian Arjuna menikahi Supraba.

Relief Ari Darma

Relief Aru Darma diawali dengan cerita naga jantan yang berbuat mesum kepada naga betina yang kemudian dipergoki oleh Ari Darma. Ari Darma kemudian mengusir naga jantan tersebut dengan menggunakan senjata pedang dan menyelamatkan naga betina. Naga betina kemudian kembalipulang dan menemui ayahnya yang mana merupakan raja naga. Naga betina menceritakan kebaikan Ari Darma yang telah menolongnya. Kemudian Raja Naga berniat bertemu Ari Darma untuk berterima kasih dengan menyamar sebagai seorang brahmana dan menemui Ari Darma di istana Malwapati. Dalam ceritanya dijelaskan kalau Raja Naga memberikan kesaktiannya kepada Ari Darma sehingga dapat memahami bahasa hewan.

Relief ini mengandung nasehat dan pesan yaitu kita tidak boleh diam saja Ketika melihat sebuah tindak kejahatan. Kemudian setiap perbuatan dosa yang kita lakukan akan mendapatkan balasan nantinya. Selain itu berterima kasih terhadap orang lain dan memberikan balas budi.

Relief Cerita Katak dan Ular (Tantri)

Dalam relief ini diceritakan seekor katak dan ular sedang menghadiri sebuah acara perjamuan makanan. Setelah itu ular pun berniat untuk menyantap katak, namun karena kecerdasan dari sang katak tersebut dapat mengelabuhi ular agar tidak jadi menyantapnya. Katak mengelabuhi ular dengan mengganti dirinya dengan tumpeng. Namun ular ingin sekal menyantap keduanya, lalu terjadi diskusi antara ular dan katak dengan saksi gagak, harimau dan manusia. Manusia mengelabuhi ular dan menyuruh untuk mengeluarkan bisa racunnya dalam sumur. Hal tersebut dilakukan oleh ular yang menyebabkan dirinya mati karena kehabisan tenaga.

Relief ini mengandung nasehat bahwa kita tidak boleh serakah, karena keserakahan dapat merugikan diri sendiri. Menuruti keserakahan dapat menjadikan diri kita bodoh sehingga dengan mudahnya ditipu.

Relief Cerita Kerbau dan Buaya

Di dalam relief ini diceritakan bahwa ada seekor buaya yang tertimpa pohon dan hampir mati. Namun ada seekor kerbau yang berniat menolonggnya. Sang kerbau pun menolong buaya dan mengangkat pohon tersebut dengan menggunakan tanduknya, sehingga pohon dapat disingkirkan dari tubuh buaya. Setelah kerbau berhasil diselamatkan, muncul dalam pikiran buaya untuk membunuh dan menyantap kerbau. Buaya menyuruh kerbau untuk membawanya ke tengah sungai untuk menggigitnya. Tapi saat sudah di tengah sungat buaya tidak mau turun dari Pundak kerbau karena ingin menyantap kerbau. Hal ini disetujui oleh kerbau dengan syarat kalau inginmeminta pendapat orang sekitar telebih dahulu. Kemudian datang 3 orang yang hendak memancing, mendengar cerita kerbau orang tersebut membawa kerbau dan buaya ke tepian. Manusia mendengarkan cerita kerbau kemudian manusia memberi makan buaya tersebut sampai buaya tertidur pulas. Saat buaya tertidur pulas manusia pun memukuli buaya hingga mati dan kerbau selamat.

Dalam relief ini dapat diambil pelajaran bahwasannya kita tidak boleh asal percaya kepada orang yang baru kita kenal, karena mungkin hal tersebut dapat membayakan kita. Keikhlasan dan ketulusan dalam menolong nantinya akan mendapatkan balasan yang dapat menolong kita begitu pula dengan sebaliknya.

Relief Cerita Singa dan Lembu (Nandakaprakaran)

Cerita ini diawali dengan kisah lembu bernama Nandaka, suatu hari Nandaka bertemu sekumpulan serigala yang sedang mencari mangsa yang nantinya sebagai makanan raja hutan yaitu singa. Karena Nandaka sangat kuat dan berani sehingga Nandaka mampu mengalahkan sekumpulan serigala tersebut. Kekalahan serigala terdengar oleh raja hutan singa yang Bernama Canda. Kemudian Canda mencari Nandaka dan berniat untuk menjalin hubungan baik. Setelah bertemu mereka kemudian bersahabat baik. Persahabatan mereka berdua lantas menyulut api cemburu serigala. Serigala pun berusaha memisahkan mereka dengan cara mengadu domba. Usaha serigala membuahkan hasil, Nandaka dan Canda terpengaruh oleh rencana jahat serigala, hingga akhirnya mereka berdua bertarung sampaikeduanya mati.

Dalam relief ini dapat diambil pelajaran bahwa agar tidak mudh percaya informasi yang ada, dan agar selalu mencerna perkataan seseorang agar tidak mudah dihasut dan dipengaruhi dan di adu domba. Alangkah lebih baiknya menjauhi orang yang suka mnghasut karena dapat merugikan diri sendiri.

Relief Cerita Kura-kura dan Angsa

Dalam relief ini diceritakan tentang persahabatan dua hewan yaitu angsa dan kura-kura. Pada suatu Ketika saat mereka mengalami kekeringan akibat musim kemarau, mereka berkeinginan untuk pindah ke telaga Manasasara di Gunung Himawan. Kemudian angsa menawarkan bantuan untuk membawa terbang kura-kura bersamanya dengan cara kura-kura menggigit kayu pada bagian tengahnya dan kemudian angsa mengangkatnya. Selama dalam perjalanan kura-kura dilarang membuka mulutnya, akan tetapi saat berada dalam perjalanan mereka bertemu dengan seekor anjing yang mengejek mereka. Karena anjing itu kura-kura pun terpancing dan membalas ejekan mereka akibatnya kura-kura terjatuh dan dimakan anjing.

Relief ini mengandung nasehat agar kita dapat mengendalikan diri kita, tidak munafik dan menepati janji. Karena jika tidak hal tersebut akan berakhir dengan kesengsaraan bagi diri kita sendiri. Selain itu dalam relief ini mengingatkan kita agar tidak mudah percaya ucapan orang lain.

Relief Cerita Singa dan Kambing

Dikisahkan terdapat seekor kambing betina Bernama Maseba dan anaknya sedang makan rumput kemudian didatangi seekor singa yang bernama Warani. Warani berniat menerkam kedua kambing tersebut, akan tetapi dengan kecerdikan kambing berhasil mengelabuhi singa tersebut. Kambing bercerita kepada singa kalau dia pernah makan seekor singa sebelumnya. Mendengar perkataan kambing, lantas membuat singa ketakutan dan lari. Kemudian singa bercerita kepada kera, lalu kera mengejek singa kalau tidak mampu mengadapi kambing Masaba. Singa pun kemudian mengajak kera menemui kambing tersebut dengan mengikat ekor antara keduanya. Melihat singa datang bersama kera, kambing berkata pada kera "kenapa engkau hanya membawa satu singa, padahal engkau menjanjikan  padaku setiap hari sepuluh singa, kemana yang Sembilan singa", mendengar hal tersebut lantas membuat singa takut dan lari terbirit-birit sampai membuat kera terseret.

Dalam relief ini terdapat nasehat bahwa kecerdasan dapat mengalahkan kekuatan dan agar selalu berpikir menggunakan otak. Selain itu kepercayaan diri sangat penting ada dalam diri kita, tanpa adanya rasa percaya diri kita tidak bisa meraih sesuatu begitu juga dengan sebaliknya.

Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa Candi Jago termasuk candi yang beraliran agama Hindu-Buddha. Candi ini dibangun pada masa pemerintahan Raja Adityawarman sebagai tempat pendharmaan bagi Raja Wisnuwardhana. Arsitektur Candi Jago termasuk kedalam gaya Candi majapahit karena  terdapat beberapa candi Majapahit yang menyerupai bentuk dan arsitektur Candi Jago. Gaya dan arsitektur yang dimiliki Candi Jago disusun seperti punden berundak sehingga menyerupai gunung Mahameru. Bangunan candi terlihat sudah tidak utuh lagi, hanya menyisakan bagian kaki dan sebagian badan candi.

Situs candi jago memiliki informasi yang lengkap berkaitan dengan peradaban Bindu dan Buddha di Indonesia. Selain itu Candi Jago memiliki keberagaman relief yang kaya, hanya sedikit candi yang memiliki keragaman relief. Relief-relief tersebut diantaranya yaitu relief Ari Darma, Arjuna Wiwaha, Kunjarakarna, dan relief berceritakan kisah hewan (fabel), seperti cerita katak dan ular (tantri), cerita kerbau dan buaya, carita singa dan lembu (nandakaprakaran), cerita kura-kura dan angsa, cerita singa dan kambing. Adapun relief-relief yang ada pada Candi Jago ini mengandung pesan moral yang dapat dijadikan sebagai pelajaran dalam kehidupan.

Daftar Pustaka

Aidah, N.A., & Tim. 2020. Sejarah 8 Kerajaan Besar di Indonesia. Yogyakarta: KBM Indonesia

Candi Jago. Wikipedia.Ensiklopedia Gratis. 27 Februari 2022.Web.Diakses pada 5 Maret 2022. https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Jago

Fiaji, N.A., Brata, K.C., & Zulfaria, P. Aplikasi Ar-Ca (Augmented Reality Relief Candi Jago) Sebagai Upaya Pendokumentasian Digital Relief Candi Jago dan Pengenalan Wisata Sejarah di Malang. Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK), 8(4), 815-821. Dari https://pdfs.semanticscholar.org/bc93/dacd7d96c6281e2bd4956ea7a97ffb63c7ea.pdf

Maulidi, C., & Rukmi, W.I. Tipologi Lanskap Jawa Kuno dari Ilustrasi Relief Candi Jawi, Jago dan Panataran. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, 10(2),107-116.

Muljana, S. 2005. Menuju Puncak Kemegahan Sejarah Kerajaan Majapahit. Yogyakarta: LKis

Purwanto, K. 2005. Candi Jago dan Cerita Kunjarakarna dalam Konteks Masa Kini. Malang: FISIP UMM. Dari https://www.acicis.edu.au/wp-content/uploads/2015/03/PURWANTO-Katherine.pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun