Pengumuman “pintu teater dua telah dibuka” sudah terdengar. Martono sekeluarga dan penonton-penonton lain memasuki ruangan. Mereka duduk di bangku yang telah dipilih. Kedua anaknya diapit oleh Martono dan Istrinya.
“Itu TV Pak?” Tanya Si Kakak tampak takjub.
“Iya, gede banget kan? Nanti Donald Bebeknya disetel di situ.”
“Kok gelap sih Bu?” Si Adik agak gelisah.
“Ya memang begini. Ini namanya bioskop,” jawab Si Ibu sekenanya karena ia juga baru pertama kali masuk ke ruangan ini.
Saat trailer film-film mulai dimainkan. Mereka berempat tampak takjub. Hiburan yang baru pertama kali mereka rasakan. Rasa takjub membuat mereka diam. Padahal baru iklan dan trailer dimana bagi orang yang sudah berkali-kali nonton adalah bagian saat memilih film mana yang selanjutnya akan ditonton.
Lampu dipadamkan semua. Film Donald Bebek berdurasi 102 menit akan segera mulai. Martono memberi tahu anak-anaknya untuk diam walaupun sudah diam sejak tadi. Perasaan keempat orang ini campur aduk. Bingung iya. Asing iya. Kagum iya. Sedikit takut juga iya.
Anak-anaknya belum bisa membaca subtitle dengan cepat. Akhirnya mereka hanya menikmati gambar saja. Martono dan Istrinya hanya merasa senang karena anak-anaknya tertawa menonton adegan-adegan lucu, seperti saat Donald Bebek jatuh ke sungai. Mereka menikmati sambil makan cemilan yang tentu saja dibeli di warung dekat rumah yang harganya jauh lebih murah dibanding makanan di dalam bioskop. Mereka hanyut dalam layar lebar. Mengikuti adegan yang didominasi kelucuan. Liburan akhir pekan Martono berakhir saat film berakhir dan lampu ruangan mulai dinyalakan. Sore itu Martono akhirnya menonton film secara utuh di tempat ia telah lama bekerja.
Saat berpapasan dengan temannya sesama cleaning service di depan pintu keluar, Martono gantian meledeknya.
“Jangan lupa ya sampah semua di kursi di bersihkan, terutama kursi H4 sampai H7,” ledek Martono menirukan suara bosnya yang pernah menegur teman Martono itu karena ada sampah yang ketinggalan dan pengunjung selanjutnya tidak mau peduli dan memberikan komplen. “Hahaha!” tawa Martono disambut lenguhan temannya. Sial!
Mereka keluar. kelaparan dan mencari makan yang pastinya tak akan jauh dari nasi goreng atau pecel ayam di pinggir jalan.