“Sekali-sekali dong, Bos. Masa kerja bertahun-tahun cuma lihat tulisan jalan doang. Hahaha.” Jawab Martono sambil masuk dan mengantri.
Antrian sudah sampai depan. Kali ini Mbak Penjual Tiket yang juga teman Martono menyapa. Tidak seperti Pak Satpam yang kurang ajar. Mbak Penjual Tiket ber-makeup tebal melayani Martono layaknya pengunjung lainnya. Hanya sedikit lebih akrab.
“Oh, nonton sama keluarga, Pak Tono? Silakan.”
“Iya ini. Mau nonton Donald Bebek.”
“Silakan, yang hijau kosong.”
“H4 sampai H7.” Pilih Martono.
“Nih dek tiketnya. Totalnya 200 ribu, Pak Tono,” Mbak Penjual Tiket memberikan tiket pada anak pertama Martono yang tampak asing di ruangan ber-AC yang belum pernah ia rasakan. Aroma pop corn dan mesinnya yang lucu tak lepas dari perhatian si adik.
Mereka menunggu di kursi depan pintu teater 2 tempat film Donald Bebek diputar.
“Mahal sekali Pak. 200 ribu buat nonton dua jam doang. Buat belanja sayur bisa satu minggu itu Pak,” kata istrinya.
“Sudah lah Bu. Sekali-kali kita perlu bersenang-senang kayak mereka,” sambil matanya seperti menunjuk pengunjung lain. Kebanyakan remaja karena ada film super hero dan drama cinta yang sedang diputar. Tapi banyak juga anak-anak kecil dengan orang tua yang necis-necis yang pastinya menunggu Donald Bebek.
Anak-anak Martono diam seperti mencerna pengalaman yang pertama kali mereka rasakan. Sementara Martono disapa dan mengobrol sebentar dengan temannya sesama cleaning service di gedung bioskop itu. Temannya tentu saja meledek Martono yang sok-sokan pergi menonton. Tapi Martono tetap santai dan ketawa-ketiwi saja.