Martono duduk menunggu di bangku teras sambil menghabiskan beberapa batang rokok. Anak-anak sudah rapi dan masih sempat berebut mainan sembari menunggu ibunya.
“Nanti kita bakal ketemu teman-temanmu ya Pak?”
“Ya tentu lah. Tapi hari ini bapak jadi pengunjung. Pengunjung adalah raja. Hahaha!” Kelakar Martono kemudian mematikan rokok dan menghabiskan teh manisnya.
Tak ada taksi. Apalagi yang perlu bersusah payah menggunakan aplikasi. Metromini mereka cegat di pinggir jalan. Kertnetnya selalu berteriak dan bergelantungan tak kalah berani dibandingkan pemain sirkus. Kursi plastik sudah biasa. Untunglah tidak penuh, jadi mereka berempat bisa duduk.
“Nanti kalo gelap jangan takut ya?” Kata Martono pada anak keduanya.
“Loh kok gelap, Pak?”
“Ya sudah, pokoknya jangan takut. Pasti seneng. Bagus.” Anaknya tampak bingung dengan penjelasan Martono. Anaknya tidak tahu mereka akan pergi kemana. Martono pun susah menjelaskannya.
Mereka akhirnya tiba di tujuan. Udara gedung ini tak pernah sesegar ini walau Martono sudah tiga tahun bekerja di sini.
“Lah, Ton. Ngapain lu? Bukannya jatah lu libur?” Biasanya Satpam menyapa dengan “Silakan”, kali ini berbeda karena yang datang Martono. Temannya sendiri.
“Hahaha. Gue mau jadi pengunjung. Sama keluarga gue.” Pak Satpam melirik keluarga Martono. Melempar senyum ke istri dan anak-anaknya.
“Gaya lu, Ton. Kaya orang kaya aja.”