Ia tetap memohon. Namun, aku berkata “tidak”. Aku tidak mau lebih sakit lagi. Ia meminta kesempatan terakhir. Itu sudah banyak kesempatan yang kuberi! Tadi sudah coba kumaafkan, namun ia keterlaluan!!! Ia meminta memahami, tapi ia sudah kelewat batas!!! Aku sudah tidak bisa toleransi masalah ini!!! Hatiku kelewat sakit, tertusuk, tersayat, terbelah, hancur!!!
Masih, ia tetap memohon.
Ia, yang seharusnya menjadi kepercayaanku nomor satu.
Ia, yang seharusnya bisa membahagiakanku.
Ia, yang seharusnya bisa kubanggakan.
Ia, yang seharusnya dan hanya seharusnya
Nyatanya tidak!!!
Kepercayaan ini luntur. Hanya karena masalah remeh-temeh. Memang remeh, kecil. Tapi tahukan? Gara-gara satu paku kuda gagal berlari, seorang pengantar surat gagal berangkat dengannya. Padahal yang dibawa adalah berita serangan perang. Gara-gara satu paku satu negara hancur! Jangan remehkan yang kecil!
“Butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan
Tapi hanya dalam hitungan detik untuk merobohkannya!”
This is my last words, Afifah