Munafiq!!!
Sudah kali kedua, dan ia tetap membuatku kecewa? Persetan! Hatiku mengumpat-umpat. Setan mulai tertawa melihatku. Ia terpingkal-pingkal merasa berhasil, dan aku tengah berada di sana seperti orang keracunan menunggu maut. Mereka menusukkan tombak berlumur racun ke dadaku. Rasanya sesak dan pedih, mereka sudah khianat. Astaghfiru l-Laah.
Aku lemas, namun emosiku makin gila. Aku maki ia dengan kata-kataku selagi bisa. Biar semuanya tuntas. Biar ia tahu emosiku, biar ia tahu bahwa janji harus ditepati. Biar ia tahu, bagaimana sakitnya dikhianati! Aku kecewa, betul-betul kecewa!
Pura-pura memohon. Aku coba menguji, apakah egonya masih segitu besar? Ternyata IYA! Aku hampir lepas kontrol! Kuhantamkan bogemku tepat di atas meja. Orang-orang terdiam, semua melihat ke arahku. Aku yang berusaha menutupi muka tidak hanya karena malu, tapi juga lesu melihat apa yang telah diperbuat muridku.
Aku terus mengumpat dalam hati, sesekali beristighfar. Hatiku mendadak panas dingin. Setan semakin gila tertawa melihatku tersiksa. Muridku justru menambah sesak. Ia kembali enggan. Kuhantam dia dengan makian dan singgunganku. Ia tersadar, berkata bersedia. Tapi itu hanya rayuan kosong! Astaghfiru l-Laah!!
Ia menipuku!!!
Ya, ia telah menipuku!!!
Ia telah belajar begitu banyak cara …
Ya .. belajar menipu
… belajar ingkar janji, khianat
Belajar munafiq!!! Na’udzu bi l-Llaah!!!