a.Konteks Sosial:
Konteks sosial novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari mencerminkan realitas sosial masyarakat pedesaan di Indonesia pada pertengahan abad ke-20, terutama terkait dengan kehidupan di Dukuh Paruk. Berikut adalah beberapa aspek pentingnya:
Kemiskinan dan Kesederhanaan Hidup: Masyarakat Dukuh Paruk digambarkan hidup dalam kemiskinan dan keterbatasan, dengan pola hidup tradisional yang lekat pada adat istiadat.
Budaya dan Tradisi Lokal: Tradisi ronggeng menjadi simbol penting dalam novel ini. Profesi ronggeng, meskipun diagungkan, juga memiliki sisi gelap karena sering kali melibatkan eksploitasi terhadap perempuan.
Kehidupan Patriarkal: Peran gender dalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh sistem patriarki, di mana perempuan sering kali dipandang sebagai objek hiburan dan pengabdian.
Pengaruh Ideologi dan Politik: Novel ini juga menggambarkan perubahan sosial akibat pengaruh ideologi politik pada masa itu, terutama dengan adanya konflik antara tradisi lokal dan intervensi pemerintah pasca-Peristiwa 1965.
Kehidupan Religius dan Animisme: Masyarakat Dukuh Paruk masih kental dengan kepercayaan animisme, sementara pengaruh agama besar seperti Islam belum sepenuhnya diterima.
Melalui novel ini, Ahmad Tohari menawarkan kritik sosial dan menggambarkan dinamika kehidupan pedesaan yang sarat dengan tantangan, tradisi, dan perubahan sosial.
b.Tokoh dan Konflik:
Tokoh Utama:
- Srintil: Seorang gadis muda yang menjadi ronggeng Dukuh Paruk. Ia menghadapi dilema antara menjalani tradisi sebagai ronggeng dan keinginannya untuk hidup normal.
- Rasus: Pemuda Dukuh Paruk yang mencintai Srintil. Ia terjebak antara perasaannya kepada Srintil dan keinginannya untuk meninggalkan tradisi Dukuh Paruk yang ia anggap usang.
- Kertareja: Dukun ronggeng sekaligus orang tua angkat Srintil, yang mempersiapkan Srintil untuk menjadi ronggeng.
- Masyarakat Dukuh Paruk: Mereka memiliki peran kolektif dalam mendukung tradisi ronggeng, tetapi juga menjadi simbol tekanan sosial yang dialami Srintil.
Konflik Utama:
- Konflik Individu:
- Srintil mengalami konflik batin karena perannya sebagai ronggeng memaksanya mengorbankan kebebasan dan kehormatan pribadi.
- Rasus harus memilih antara cintanya pada Srintil atau meninggalkan Dukuh Paruk demi kehidupan yang lebih baik.
- Konflik Sosial:
- Srintil menghadapi tekanan sosial dari masyarakat yang mendukung tradisi ronggeng tetapi sering mengeksploitasinya sebagai objek hiburan.
- Pertentangan antara tradisi lokal (ronggeng) dengan nilai-nilai modern yang dibawa oleh perkembangan zaman.
- Konflik Politik:
- Srintil terlibat secara tidak langsung dalam konflik politik yang memengaruhi Dukuh Paruk pasca-Peristiwa 1965, yang membawa dampak besar pada hidupnya dan masyarakat sekitar.