Pak Dani tetap berusaha bersikap profesional dengan Ibu Hany, tetapi ia tidak bisa menghindari kenyataan bahwa hatinya mulai condong pada Laras. Hubungan ini semakin menguat meskipun ada potensi gelombang kecil yang mulai muncul di sekitar mereka.
Malam itu Laras berbaring di tempat tidurnya dan siap untuk beristirahat. Ia mengambil ponsel untuk memeriksa pesan-pesan terakhir sebelum tidur. Sebuah nomor tak dikenal muncul di layar dengan pesan yang sudah masuk sejak siang. Laras sempat ragu namun akhirnya ia membuka pesan tersebut. Ternyata pesan itu dari seseorang yang memperkenalkan diri sebagai Ibu Hany.
"Selamat sore, Bu Laras. Saya Hany, pegawai kecamatan. Maaf mengganggu, saya hanya ingin mengenalkan diri. Saya sering bekerja bersama Pak Dani, jadi saya sering mendengar cerita tentang Ibu. Salam kenal, ya."
Laras membaca pesan itu dengan alis yang sedikit terangkat. Ia tidak langsung membalas, melainkan mencoba mencerna maksud dari pesan tersebut. Dalam hati, ia bertanya-tanya bagaimana orang ini bisa mendapatkan nomornya. Namun ia berusaha tetap berpikiran positif.
Laras membalas pesan itu dengan sopan, "Selamat malam, Bu Hany. Salam kenal juga. Terima kasih sudah menghubungi saya. Semoga bisa saling mendukung untuk kemajuan desa kita."
Tak lama, balasan dari Ibu Hany datang.
"Terima kasih Bu Laras. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa saya sangat menghargai hubungan kerja sama antara Ibu dan Pak Dani. Tapi saya merasa perlu memberi tahu, bahwa saya juga cukup dekat dengan Pak Dani selama ini. Jadi saya harap kita semua tetap profesional, ya."
Membaca pesan itu, Laras mengerutkan dahi. Nada pesan tersebut terdengar ramah namun ada sesuatu yang terasa janggal. Laras mencoba tidak terburu-buru menafsirkan maksudnya. Ia membalas singkat dengan sopan, "Terima kasih atas informasinya Bu Hany. Saya yakin kita semua bekerja demi tujuan yang baik. Semoga bisa terus saling mendukung."
Setelah itu Laras meletakkan ponselnya di meja samping tempat tidur. Namun hatinya tak bisa sepenuhnya tenang. Ada perasaan aneh yang menyelinap meskipun ia mencoba mengabaikannya. Ia memilih memejamkan mata dan berusaha tidur tetapi pikiran tentang pesan tadi tetap terngiang.
Ibu Hany membaca balasan Laras dengan senyum kecil di bibirnya. Ia merasa telah menyampaikan peringatannya dengan cara yang halus meskipun ia tahu bahwa percakapannya dengan Laras mungkin membuka babak baru dalam hubungan mereka yang sebelumnya tak pernah ada masalah.
Pak Dani dengan santainya melanjutkan kegiatannya. Hubungannya dengan Laras yang semakin dekat ternyata diam-diam telah menarik perhatian orang lain yang merasa dirinya lebih dulu memiliki kedekatan itu.