Mohon tunggu...
Ponco Wulan
Ponco Wulan Mohon Tunggu... Guru - Pontjowulan Samarinda

Pontjowulan Kota Samarinda Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Percik Rindu di Tengah Hujan Senja

23 November 2024   19:32 Diperbarui: 23 November 2024   22:41 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah sarapan Laras berangkat menuju sekolah seperti biasa. Di perjalanan, ia mencoba memusatkan pikirannya pada kegiatan yang akan dilakukannya bersama para siswa. Namun bayangan pertemuan dengan Pak Dani kemarin masih terlintas, membuatnya tersenyum kecil tanpa disadari.

Saat tiba di gerbang sekolah, Pak Dani ternyata sudah berada di sana berbicara dengan beberapa guru lainnya. Ia menoleh dan tersenyum ketika melihat Laras datang. Ada kehangatan dalam senyumnya yang membuat Laras merasa tenang.

"Selamat pagi, Bu Laras. Pagi yang cerah, ya?" sapa Pak Dani ketika mereka berpapasan. "Selamat pagi, Pak Dani. Iya, pagi yang indah," jawab Laras, mencoba menyembunyikan kegugupan kecilnya.

Suasana sekolah mulai ramai dengan para siswa yang berdatangan. Beberapa siswa menyapa Laras, sementara yang lainnya asyik bercanda bersama teman-temannya. Laras menyempatkan diri berbincang sejenak dengan beberapa rekan guru, lalu bergegas ke kelas untuk memulai kegiatan belajar mengajar.

Laras memberikan materi pelajaran di kelas dengan semangat yang lebih dari biasanya. Para siswa juga terlihat lebih antusias, merespons setiap penjelasannya dengan penuh perhatian. Laras merasa energi positif yang ia bawa sejak pertemuannya dengan Pak Dani ternyata juga berpengaruh pada interaksinya di kelas.

Saat istirahat, Pak Dani yang ternyata masih berada di sekolah kembali menemui Laras di ruang guru. Kali ini ia membawa beberapa dokumen terkait kerja sama antara pihak kecamatan dan sekolah untuk program peningkatan literasi.

"Bu Laras, ini dokumen yang perlu ditandatangani pihak sekolah. Program literasi ini sebenarnya juga ada untuk mengembangkan potensi anak-anak di desa. Saya tahu Ibu punya banyak ide untuk anak-anak di sini," ujarnya sambil menyerahkan berkas. Laras menerima berkas itu dengan senyum. "Terima kasih, Pak Dani. Saya akan bantu mengkoordinasikan dengan kepala sekolah dan rekan-rekan lain agar program ini bisa berjalan lancar."

Percakapan berlanjut lebih hangat dari sekadar urusan formal. Pak Dani mendengarkan dengan antusias setiap gagasan Laras dan Laras merasa mendapatkan dukungan yang kuat dalam setiap usahanya. Mereka berbicara dengan penuh semangat, membicarakan cara-cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesempatan bagi siswa-siswa di desa.

Setelah perbincangan itu, Pak Dani berpamitan. Laras kembali ke kelas dengan semangat baru, membawa ide-ide segar untuk kegiatan yang bisa ia lakukan bersama para siswa. Senin pagi meski penuh aktivitas, terasa lebih hangat dan lebih penuh harapan. Laras merasakan bahwa hidupnya semakin lengkap dengan kehadiran seseorang yang tak hanya mendukungnya sebagai seorang guru, tetapi juga sebagai teman yang memahami mimpinya.

          Pagi itu suasana di kantor kecamatan seperti biasa, ramai dengan aktivitas para pegawai yang sibuk menyelesaikan tugas masing-masing. Namun di ruangan kerja staf, ada sorot mata yang sedikit berbeda. Ibu Hany, seorang pegawai kecamatan yang sudah beberapa tahun bekerja bersama Pak Dani, memperhatikan rekan kerjanya itu dengan wajah yang sulit ditebak.

Sudah beberapa hari terakhir ini, ia merasa Pak Dani sering tampak lebih ceria dari biasanya. Dan setelah beberapa kali secara tak sengaja mendengar nama Bu Laras disebut dalam obrolan Pak Dani dengan koleganya, Ibu Hany mulai merasa ada sesuatu yang berbeda. Apalagi ia memperhatikan bahwa Pak Dani kerap terlihat mengetik pesan di ponselnya sambil tersenyum kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun