Mohon tunggu...
Ponco Wulan
Ponco Wulan Mohon Tunggu... Guru - Pontjowulan Samarinda

Pontjowulan Kota Samarinda Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Hujan Menghapus Jejak

2 Oktober 2024   19:59 Diperbarui: 2 Oktober 2024   20:06 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Jangan pernah lupa untuk selalu mendukung satu sama lain, seperti yang kalian lakukan selama ini," kata Bu Wulan dengan senyum hangat. Setelah upacara mereka berkumpul bersama teman-teman dan keluarga merayakan pencapaian mereka. Di tengah kebahagiaan itu, Tito dan Sinta merenungkan perjalanan mereka yang penuh liku dan tantangan.

Malam itu saat hujan turun dengan lembut, mereka berdua duduk di teras rumah Sinta mengingat kenangan-kenangan indah yang telah mereka lalui. Tito memandang ke langit yang berawan, lalu menoleh ke arah Sinta. "Kita sudah melalui banyak hal, Sinta. Aku yakin apapun yang terjadi nanti, kita akan tetap saling mendukung."

Sinta mengangguk, "Betul, Tito. Hujan mungkin bisa menghapus jejak di jalan, tapi tidak bisa menghapus kenangan dan persahabatan kita."

Mereka berdua tertawa, merasa lega bahwa meskipun perjalanan mereka penuh dengan rintangan, mereka selalu menemukan cara untuk bangkit dan melangkah maju. Persahabatan mereka adalah sesuatu yang tidak akan pernah hilang meskipun hujan deras sekalipun.

Pada tahun-tahun berikutnya meskipun mereka melanjutkan pendidikan di tempat yang berbeda, Tito dan Sinta tetap menjaga komunikasi. Mereka sering bertukar cerita dan memberikan semangat satu sama lain melalui telepon dan pesan singkat.

Ketika Sinta berhasil masuk ke fakultas kedokteran, Tito tidak ketinggalan mengirimkan pesan ucapan selamat. "Selamat, Dokter Sinta! Aku tahu kamu bisa melakukannya."

Sinta membalas dengan senyum lebar, "Terima kasih, Tito. Kamu juga harus tetap semangat dengan studimu di bidang matematika."

Begitu juga sebaliknya, saat Tito diterima di universitas ternama untuk studi matematika, Sinta memberikan ucapan selamat dan dorongan. Mereka berdua menyadari bahwa meskipun terpisah oleh jarak, dukungan dan persahabatan mereka tetap kuat. Pada akhirnya, setelah menyelesaikan pendidikan mereka, Tito dan Sinta kembali ke Samarinda. Tito menjadi seorang guru matematika di sekolah mereka dulu, sedangkan Sinta menjadi dokter muda yang berdedikasi. Mereka kembali bekerja sama dalam berbagai kegiatan sosial, membantu komunitas dan memberikan inspirasi kepada generasi muda.

Ketika sore mereka berdua duduk di teras rumah sakit tempat Sinta bekerja. Tito merenung sambil memandang hujan yang turun. "Sinta, aku rasa hujan ini selalu membawa kenangan indah tentang perjalanan kita."

Sinta tersenyum, "Betul, Tito. Hujan menghapus jejak, tapi tidak pernah bisa menghapus kenangan dan persahabatan kita."

Mereka berdua saling memandang dan menyadari bahwa meskipun perjalanan hidup penuh dengan tantangan, mereka telah menemukan kekuatan dan inspirasi dalam persahabatan mereka. Mereka berdua merasa yakin bahwa apapun yang terjadi, mereka akan selalu memiliki satu sama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun