Mohon tunggu...
Ponco Wulan
Ponco Wulan Mohon Tunggu... Guru - Pontjowulan Samarinda

Pontjowulan Kota Samarinda Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Hujan Menghapus Jejak

2 Oktober 2024   19:59 Diperbarui: 2 Oktober 2024   20:06 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan mulai turun deras, seakan-akan mencerminkan suasana hati mereka. Tito berdiri di sana, merasakan dinginnya hujan yang membasahi seluruh tubuhnya. Dia merasa seolah-olah semua harapannya hancur berkeping-keping. Sinta berjalan pergi, meninggalkan Tito dalam keputusasaan.

Hari-hari berikutnya Tito mencoba fokus pada persiapan kompetisi tetapi tanpa kehadiran Sinta, semuanya terasa sulit. Dia merasa kehilangan semangat dan motivasi. Setiap kali hujan turun, dia teringat percakapannya dengan Sinta dan merasa lebih terpuruk.

Di sisi lain, Sinta merasa tertekan dengan beban harapan keluarganya. Dia merasa bersalah karena meninggalkan Tito di saat-saat sulit, tetapi dia juga tidak bisa mengabaikan harapan orang tuanya. Ketegangan ini membuatnya sulit berkonsentrasi, baik di sekolah maupun di kursus.

Tito yang merasa tidak siap tanpa bantuan Sinta hampir menyerah. Di malam sebelum kompetisi, Tito duduk merenung di kamarnya. Dia teringat kata-kata Pak Budi tentang menemukan keseimbangan.

Dalam keputusasaan, Tito mengambil keputusan untuk menelepon Sinta. "Sinta, aku tahu kita sedang dalam situasi sulit. Tapi aku butuh kamu bukan hanya untuk kompetisi ini, tapi sebagai sahabatku. Bisakah kita mencoba menemukan jalan keluar bersama-sama?"

Sinta terdiam sejenak di telepon. "Tito, aku juga merasa kehilanganmu. Aku tidak ingin mengabaikan persahabatan kita. Mungkin kita bisa berbicara lagi dan mencari cara untuk melalui ini."

Percakapan itu memberi secercah harapan bagi keduanya. Meskipun konflik masih ada, mereka menyadari bahwa mereka tidak bisa menghadapinya sendirian. Mereka berjanji untuk bertemu dan berbicara dari hati ke hati, mencari solusi yang bisa menjaga persahabatan mereka dan memenuhi tanggung jawab masing-masing.

**********

Pada hari kompetisi meskipun Tito merasa gugup, dia merasakan semangat baru yang muncul dari percakapannya dengan Sinta malam sebelumnya. Dengan tekad bulat Tito melangkah ke aula kompetisi siap menghadapi tantangan.

Di saat-saat akhir menjelang lomba dimulai, Tito mendengar suara yang sangat dikenalnya. "Tito!" panggil Sinta sambil berlari menghampirinya. "Aku di sini untuk mendukungmu. Aku sudah berbicara dengan orang tuaku dan mereka akhirnya mengerti betapa pentingnya ini bagi kita berdua."

Tito tersenyum lebar merasa beban di pundaknya berkurang. "Terima kasih, Sinta. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan tanpamu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun