Mohon tunggu...
Ponco Wulan
Ponco Wulan Mohon Tunggu... Guru - Pontjowulan Samarinda

Pontjowulan Kota Samarinda Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta yang Terlarang

4 September 2024   13:50 Diperbarui: 4 September 2024   13:54 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Desa kecil itu kembali tenteram tetapi di balik ketenangan itu, ada ketegangan yang masih mengintai. Rina sering merasa menjadi bahan bisikan dan pandangan sinis dari beberapa tetangga. Namun, ia selalu berusaha tegar, ditemani oleh Dira yang setia mendampinginya.

Suatu hari berita mengejutkan datang dari Jakarta. Adi mengalami kecelakaan lalu lintas dan harus dirawat di rumah sakit. Berita itu membuat Rina dan keluarga besar Raharjo panik. Pak Raharjo dan Bu Sulastri segera memutuskan untuk pergi ke Jakarta menjenguk Adi, sementara Rina dan Dira tetap di desa karena harus menjaga rumah.

Malam itu Rina tidak bisa tidur. Ia terus berpikir tentang Adi, cemas akan kondisi kesehatannya. Dira yang tidur di kamarnya, terbangun oleh suara tangisan Rina. Ia mendekati Rina dan mencoba menenangkannya.

"Rina, kita harus kuat. Adi pasti akan baik-baik saja," kata Dira sambil memeluk Rina.

Namun malam itu menjadi titik balik bagi Rina. Ia merasa tidak bisa terus berdiam diri di desa sementara Adi berada di ambang maut. Rina memutuskan untuk pergi ke Jakarta, meskipun itu berarti melanggar keputusan keluarga.

Dengan tekad yang bulat, Rina dan Dira berangkat ke Jakarta keesokan paginya. Perjalanan mereka penuh dengan kecemasan, tetapi juga dengan harapan bahwa mereka bisa berada di samping Adi saat ia membutuhkan mereka.

Sesampainya di rumah sakit, mereka menemukan Pak Raharjo dan Bu Sulastri yang tampak lelah dan cemas di ruang tunggu. Melihat Rina, Pak Raharjo langsung marah.

"Apa yang kau lakukan di sini, Rina? Bukankah kami sudah memutuskan bahwa kau tetap di desa?" bentaknya.

Rina menahan air mata, berusaha tetap tegar. "Aku tidak bisa berdiam diri sementara Adi dalam bahaya, Pak. Aku harus berada di sini."

Bu Sulastri yang tampak lebih tenang, mendekati Rina. "Kondisi Adi sudah stabil, tetapi ia masih perlu perawatan intensif. Kau boleh menemuinya, tapi kau harus tahu bahwa ini tidak mudah bagi kita semua."

Rina masuk ke kamar rumah sakit tempat Adi dirawat. Melihat Adi terbaring lemah dengan perban di kepala dan lengan yang terluka, hati Rina terasa hancur. Ia mendekati tempat tidur Adi, memegang tangannya dengan lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun