Pak Kades kemudian memberikan beberapa saran, termasuk kemungkinan untuk memisahkan Rina dan Adi untuk sementara waktu. "Mungkin, dengan jarak, perasaan itu bisa mereda. Adi bisa kembali ke Jakarta, sementara Rina tetap di sini. Ini bukan solusi yang mudah, tetapi kita harus mencoba."
Rina merasa hatinya semakin hancur mendengar saran itu. Ia tahu bahwa berpisah dengan Adi akan sangat menyakitkan, tetapi ia juga tahu bahwa ini mungkin satu-satunya cara untuk meredakan ketegangan di dalam keluarga.
Malam itu ketika semua orang sudah beristirahat, Rina dan Adi berbicara di beranda rumah, di bawah langit malam yang penuh bintang. "Adi, aku tidak tahu apakah aku bisa melakukannya," kata Rina dengan suara bergetar. "Aku tidak ingin kehilanganmu."
Adi memegang tangan Rina dengan lembut. "Aku juga tidak ingin berpisah darimu, Rina. Tapi mungkin ini adalah cara terbaik untuk sementara waktu. Kita harus memberikan waktu dan ruang bagi keluarga untuk menerima keadaan ini."
Rina mengangguk, meskipun hatinya terasa berat. "Baiklah, Adi. Aku akan mencoba kuat. Tapi tolong jangan pernah lupakan aku."
Adi tersenyum, meskipun matanya penuh dengan kesedihan. "Aku tidak akan pernah melupakanmu, Rina. Kita akan menemukan jalan kembali, apa pun yang terjadi."
Keesokan harinya keputusan itu diumumkan kepada seluruh keluarga. Adi akan kembali ke Jakarta untuk sementara waktu, sementara Rina akan tetap di desa. Meski berat, mereka menerima keputusan itu dengan harapan bahwa ini adalah langkah yang tepat.
Namun kepergian Adi tidak serta merta menyelesaikan masalah. Di desa rumor tentang cinta terlarang itu mulai menyebar. Banyak yang merasa simpati kepada Rina dan Adi, tetapi ada juga yang memandang mereka dengan sinis. Konflik internal dalam keluarga Raharjo pun belum sepenuhnya reda. Pak Raharjo dan Bu Sulastri masih sering terlibat dalam perdebatan tentang cara  menghadapi situasi ini.
Di sisi lain, Dira tetap setia mendampingi Rina. Ia memberikan dukungan moral dan menjadi sahabat yang bisa diandalkan di saat-saat sulit. "Kita harus tetap kuat, Rina. Percayalah, semuanya akan membaik seiring waktu."
**********
Beberapa bulan telah berlalu sejak kepergian Adi ke Jakarta. Rina mencoba menjalani hari-harinya dengan normal, tetapi kerinduan terhadap Adi selalu menghantui setiap langkahnya. Meskipun komunikasi mereka terjaga melalui telepon dan pesan singkat, rasa sepi dan kehilangan tetap tidak bisa terelakkan.