Mohon tunggu...
Ponco Wulan
Ponco Wulan Mohon Tunggu... Guru - Pontjowulan Samarinda

Pontjowulan Kota Samarinda Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta yang Terlarang

4 September 2024   13:50 Diperbarui: 4 September 2024   13:54 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Rina, kau tahu, aku selalu berpikir bahwa desa ini memiliki potensi besar. Jika kita bisa memberikan pendidikan yang baik, anak-anak di sini bisa meraih masa depan yang cerah," kata Dira dengan penuh semangat.

Rina mengangguk setuju. "Itu ide yang bagus, Dira. Aku juga ingin melakukan sesuatu untuk desa ini. Mungkin kita bisa bekerja sama untuk mewujudkannya."

Dira tersenyum hangat. "Aku senang mendengarnya, Rina. Kau adalah orang yang baik dan tulus. Aku yakin kita bisa membuat perubahan bersama."

Dari perbincangan itu, mereka semakin dekat dan sering berdiskusi tentang rencana-rencana mereka. Dira juga menjadi tempat curhat bagi Rina, terutama tentang perasaannya yang terpendam terhadap Adi. Dira, dengan bijaksana, memberikan nasihat yang membuat Rina merasa lebih tenang dan yakin bahwa apa pun yang terjadi, semuanya akan baik-baik saja.

Sementara itu, Adi yang melihat kedekatan Rina dan Dira merasa sedikit lega. Ia berharap, dengan adanya Dira, Rina bisa melupakan perasaan terlarangnya dan menemukan kebahagiaan yang sejati. Namun, ia juga tidak bisa menipu hatinya sendiri. Perasaan cinta kepada Rina masih terus ada, meskipun ia berusaha keras untuk menepisnya.

**********

Suatu hari, ketika Adi dan Dira sedang berjalan-jalan di hutan kecil di pinggir desa, Dira tiba-tiba berhenti dan menatap Adi dengan serius. "Adi, aku tahu tentang perasaanmu kepada Rina," kata Dira tanpa basa-basi. Adi terkejut, tetapi ia tidak bisa mengelak. "Bagaimana kau tahu?"

Dira tersenyum kecil. "Aku bisa melihatnya dari cara kau memandangnya. Dan Rina juga pernah bercerita padaku."

Adi menghela napas panjang. "Ini sulit, Dira. Kami tahu ini cinta yang terlarang, tapi perasaan itu tetap ada."

Dira menepuk bahu Adi dengan lembut. "Cinta memang tidak selalu mudah, Adi. Tapi mungkin ini saatnya kalian berbicara jujur kepada keluarga. Mungkin ada jalan yang tidak kalian lihat."

Adi terdiam, merenungi kata-kata Dira. Mungkin benar, sudah saatnya ia dan Rina berterus terang kepada keluarga besar mereka. Meskipun sulit dan berisiko, kejujuran mungkin adalah satu-satunya jalan untuk menemukan solusi atas cinta terlarang mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun