Sangat dapat dimaklumi jika Megawati dan PDIP kemudian ketar-ketir mendapati keadaan ini. Sudah cukup 2014 dan 2019 memberikan panggung bagi selain trah Soekarno. Pilpres 2024 harus menjadi panggung bagi keturunan Sang Proklamator yang adalah identitas PDIP.
Puan harus maju di 2024, tidak boleh tidak. Kalau 2024 tidak maju, siapapun yang terpilih bisa dipastikan bakal maju lagi sebagai incumbent di 2029. Puan bakal kalah popularitas lagi.
Bagaimana dengan 2034? Bisa-bisa kehilangan momentum. Lagi pula, saat itu Megawati akan berusia 87 tahun. Terlalu tua untuk ikut berkampanye mempromosikan puterinya ke mana-mana.
Tahu betul nilai minus Puan di elektabilitas, maka popularitasnya harus didongrak sejak sekarang. Itu sebabnya kita melihat serbuan banner "kepak sayap kebhinekaan" beberapa waktu lalu.
Sayangnya, bagi Puan dan Megawati, langkah tersebut rupanya tak cukup ampuh. Ganjar semakin moncer, sedangkan Puan jalan di tempat. Kalau tidak melakukan gebrakan besar, tak akan ada peluang bagi puteri Megawati.
Kalau kemudian kita disuguhkan "drama" seolah-olah Ganjar dibuang oleh PDIP, percayalah itu bukan berarti PDIP membenci Ganjar. Itu semata-mata bentuk kasih seorang ibu pada anaknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H