Ada yang pernah mikir enggak, kalau utang Indonesia nanti siapa yang akan mempertanggungjawabkan di Akhirat? Saya sering nanya ini dalam hati. Saya yakin, semua saudara Muslim tahu tentang hukum utang individu. Tapi bagaimana jika utang Negara atau organisasi? Jika kelak kiamat sudah tiba tapi Indonesia masih punya utang, siapa yang akan menanggungnya? Bukankah utang adalah perihal yang tidak akan pernah diampuni meski kita mati syahid?
Rasulullah SAW bersabda, "Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali utang." (HR. Muslim no. 1886)
Juga berikut ini adalah hadis-hadis tentang berutang :
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: [1] sombong, [2] ghulul (khianat), dan [3] utang, maka dia akan masuk surga." (HR. Ibnu Majah no. 2412)
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki utang satu dinar atau satu dirham, maka utang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham." (HR. Ibnu Majah no. 2414)
Nabi SAW bersabda, "Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan utangnya hingga dia melunasinya." (HR. Tirmidzi no. 1078)
(Sumber : Percikan Iman)
Serem banget kan hadis-hadis tentang utang di atas? Jelas bahwa satu-satunya hal yang tidak akan ditoleransi meski kita bertaubat dan memohon ampun adalah utang. Utang harus diselesaikan secara langsung saat hidup, atau direlakan oleh si pemberi utang. Bahkan ada hadis lain yang bercerita tentang jasad seseorang yang ditunda untuk disalatkan oleh Rasul sebelum utangnya dilunasi.
Jadi siapa yang akan menanggung utang Indonesia?
Apakah kita rakyat Indonesia?
Kalau dipikir kasihan banget kita, udah bayar pajak buat negara, harus juga nanggung utang negara, jadi semua harus kita yang bayar gitu? Gak ada yang bisa masuk surga dong .
Baca Juga: Veronika Asisten Virtual dari Telkomsel
Ataukah semua para pejabat dan presiden yang memimpin negara Indonesia? Nah kalo mikir ini, gimana pembagiannya di akhirat? Kan ada banyak menteri, anggota DPR, dan sebagainya. Saya malah mikir di akhirat justru malah semua saling nyalahin dan minta pertanggungjawabannya sama Menteri Keuangan aja. Apalagi sudah berapa periode pemerintahan Indonesia alias banyak sekali mantan Menteri Keuangan yang sudah terlibat. Terus Presiden yang sudah berpulang (almarhum) berarti sudah pasti menanggung utang? Kasihan mereka .
Atau ada yang punya pendapat lain?
Saya akhirnya berusaha mencari referensi dari Fatwa MUI dan NU. Dua lembaga yang InsyaaAllah di dalamnya para Ulama yang mumpuni. Meski secara umum sama, tapi ada sedikit perbedaan konteks.
Menurut NU (2002), utang Negara bukanlah utang rakyat, tapi tanggung jawab Negara, dan yang membayar adalah pejabat korup (Sumber : Babe News)
Di sini agak bingung sebenarnya . Kalau gak ada yang korup yang bayar siapa dong? Nah yang korup apakah tahu tanggung jawabnya nanggung utang Negara?
Adapun Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung mengeluarkan fatwa tentang status utang negara sebagai berikut. "Setelah mengkaji berbagai kitab rujukan dan melakukan musyawarah, akhirnya diputuskan bahwa utang negara bukan merupakan utang pribadi warga negara, melainkan utang yang harus diselesaikan (kepala) negara," jelas Ketua Komisi Fatwa MUI Kota Bandung, KH.Maftuh Kholil kepada hidayatullah.com, Ahad (17/4). (Sumber : Hidayatullah.com)Â
Nah loh, besar banget tanggung jawab Kepala dan pejabat Negara!
Ada lagi menurut Ustad Erwandi Tarmizi dalam kanal YouTube Taman Surga, bahwasanya dari seluruh utang Indonesia, jika dibagi per kepala, maka setiap orang akan menanggung kisaran 16 juta rupiah (kaget? Sama! ). Tapi kata beliau utang tersebut akan ditanggung oleh orang yang terlibat langsung saat di dunia hingga terbawa di akhirat. Karena kita tidak tahu dan tidak terlibat langsung dengan akad-akad utang yang terjadi (jadi lega? Dikit ).
Meski utang Negara tetap harus dibayar baik di dunia, maupun di akhirat (kalau belum lunas), saya yakin 100% tidak ada seorang pun yang mau menanggung utang Indonesia.
Ini sedikit intermezzo, ada ruang buat nambah utang lagi kata Direktur Strategi dan Portfolio Utang Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Bapak Schneider Siahaan :
Kata Schneider, besaran utang tersebut masih aman. Sebab, rasio utang Indonesia masih 29,24 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Sementara, ketentuan negara rasio utang luar negeri Indonesia sebesar 60 persen terhadap PDB.
Maka, menurut dia, Indonesia masih memiliki ruang untuk menambah utang luar negeri. "Kalau ditanya masih bisa tambah utang? Ya masih bisa, masih ada ruang," kata Schneider." (Sumber : Republika)
Silakan berpendapat sendiri. Beliau direktur utang loh ternyata (ini aku baru tahu).
Yang pasti, fatwa para Ulama juga belum kita tahu benar tidaknya. Mungkin jawabannya hanya akan kita dapat di akhirat kelak . Karena hukum utang dalam Islam hanya dibahas di ranah individu.
Solusi yang bisa saya tawarkan sebagai orang awam adalah :
1. Janganlah menambah utang lagi, plissss ... fokus pada penghematan (mengingat semua proyek tender di luar nalar alias di atas harga pasaran) dan tindak jera koruptor hingga ke akarnya!
2. Maksimalkan penghasilan dalam negeri dari segi sumber daya alam, dan Perusahaan Negara, sehingga Negara punya banyak penghasilan sendiri. Syukur-syukur tidak ada pajak lagi seperti di Negara Dubai
3. Takutlah sama hukum Allah karena utang yang menumpuk. Bukan malah semakin menambah utang dengan 'gampang'. Jadi pejabat harusnya juga wajib paham hukum Tuhan. Karena kita negara yang mengakui Tuhan.
Yang pasti prinsip mencegah selalu lebih baik daripada mengobati bukan?
Jadi saya bertanya sekali lagi, siapa yang akan membayar utang Indonesia kelak di akhirat? Ada yang sanggup menanggung? Mudah-mudahan kita diselamatkan Allah. Dan semoga utang Indonesia segera lunas sebelum kiamat tiba. Aamiin. Wallahu'alam.
Barito Kuala, 29 Januari 2019
By @pohontomat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H