Mohon tunggu...
Triyatni Ashari
Triyatni Ashari Mohon Tunggu... Full Time Blogger - 日本語 🎓| An Educator | Mompreneur | Blogger | Ex-Broadcaster

Netizen Belajar | Amateur Writer | "Merendahlah, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa merendahkanmu. Mengalahlah, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa mengalahkanmu" ~ Kang Maman | Blog : https://www.pohontomat.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Utang Negara Indonesia, Siapa yang Menanggung di Akhirat? Ada yang Mau?

26 Agustus 2019   14:50 Diperbarui: 30 Januari 2021   09:06 3110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah loh, besar banget tanggung jawab Kepala dan pejabat Negara!

Ada lagi menurut Ustad Erwandi Tarmizi dalam kanal YouTube Taman Surga, bahwasanya dari seluruh utang Indonesia, jika dibagi per kepala, maka setiap orang akan menanggung kisaran 16 juta rupiah (kaget? Sama! ). Tapi kata beliau utang tersebut akan ditanggung oleh orang yang terlibat langsung saat di dunia hingga terbawa di akhirat. Karena kita tidak tahu dan tidak terlibat langsung dengan akad-akad utang yang terjadi (jadi lega? Dikit ).

Meski utang Negara tetap harus dibayar baik di dunia, maupun di akhirat (kalau belum lunas), saya yakin 100% tidak ada seorang pun yang mau menanggung utang Indonesia.

Ini sedikit intermezzo, ada ruang buat nambah utang lagi kata Direktur Strategi dan Portfolio Utang Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Bapak Schneider Siahaan :

Kata Schneider, besaran utang tersebut masih aman. Sebab, rasio utang Indonesia masih 29,24 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Sementara, ketentuan negara rasio utang luar negeri Indonesia sebesar 60 persen terhadap PDB.
Maka, menurut dia, Indonesia masih memiliki ruang untuk menambah utang luar negeri. "Kalau ditanya masih bisa tambah utang? Ya masih bisa, masih ada ruang," kata Schneider." (Sumber : Republika)

Silakan berpendapat sendiri. Beliau direktur utang loh ternyata (ini aku baru tahu).

Yang pasti, fatwa para Ulama juga belum kita tahu benar tidaknya. Mungkin jawabannya hanya akan kita dapat di akhirat kelak . Karena hukum utang dalam Islam hanya dibahas di ranah individu.

Solusi yang bisa saya tawarkan sebagai orang awam adalah :

1. Janganlah menambah utang lagi, plissss ... fokus pada penghematan (mengingat semua proyek tender di luar nalar alias di atas harga pasaran) dan tindak jera koruptor hingga ke akarnya!

2. Maksimalkan penghasilan dalam negeri dari segi sumber daya alam, dan Perusahaan Negara, sehingga Negara punya banyak penghasilan sendiri. Syukur-syukur tidak ada pajak lagi seperti di Negara Dubai

3. Takutlah sama hukum Allah karena utang yang menumpuk. Bukan malah semakin menambah utang dengan 'gampang'. Jadi pejabat harusnya juga wajib paham hukum Tuhan. Karena kita negara yang mengakui Tuhan.

Yang pasti prinsip mencegah selalu lebih baik daripada mengobati bukan?

Jadi saya bertanya sekali lagi, siapa yang akan membayar utang Indonesia kelak di akhirat? Ada yang sanggup menanggung? Mudah-mudahan kita diselamatkan Allah. Dan semoga utang Indonesia segera lunas sebelum kiamat tiba. Aamiin. Wallahu'alam.

Barito Kuala, 29 Januari 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun